Serangan Stroke, Siapa Takut?...Saya
![]() |
Bagaimana mencegah Serangan Stroke |
Apakah kalian suka mager alias
malas gerak, diet asal diet yang penting kurus; sehat urusan kesekian,
istirahat kurang akibat terlalu lama menggunakan internet? Namanya sudah memegang
gawai, berat sekali mengalihkan dari pesonanya. Belum lagi, sering terpapar
dengan asap rokok atau asap kendaraan. Kalau sering mengalami hal-hal yang
telah disebutkan tadi sebaiknya cek kesehatan secara berkala. Loh, ada apakah
ini? Mengapa tiba-tiba saya menyarankan hal ini?
Apalagi data-data mengenai si
Stroke ini kok menakutkan. Menurut data WHO, Stroke adalah penyebab utama
kematian di Indonesia, nah loh. Belum lagi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, kejadian stroke di Indonesia mengalami peningkatan tiap
tahun. Kemudian Stroke menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia dan penyebab
disabilitas nomor tiga. Angka juga menunjukkan 1 dari 4 orang mengalami stroke.
Waduh, jangan sampai kita mengalami hal ini, karena
stroke bisa dicegah.
Berdasarkan rilis Dr dr. H. Al-Rasyid,
Sp. S(K), Sekretaris Pokdi Stroke dari Perdossi, stroke adalah suatu tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak vokal dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian. Menurut
WHO tahun 2014, stroke adalah terputusnya aliran darah ke otak, umumnya akibat
pecahnya pembuluh darah ke otak atau karena tersumbatnya pembuluh darah ke otak
sehingga pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang.
Beberapa hari yang lalu, Senin, 28 Oktober 2019 bertempat di Gedung Adytama, Kemenkes, Jakarta diadakan acara temu dengan para narablog kondang seJabodetabek, aha.
Harapan dr. Cut Putri Arianie MH, Kes, Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, kami dijadikan agen perubahan
dalam perilaku hidup sehat. Terutama dalam pencegahan dan pengendalian faktor
risiko hidup sehat, spesial dalam pengendalian faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM).
Siap, mulai besok saya akan lebih banyak membagikan kegiatan
hidup sehat di media sosial. Dibandingkan membagikan konten makanan atau
minuman menggiurkan berlumuran dengan dosa, eh, maksud saya gula atau lemak. Niscaya
makin mendorong para pengikut medsos turut menggemuk bersama saya. Kalau saya
khilaf, mohon diingatkan para pembaca yang budiman.
Dalam ajang ini, para peserta mendapat transfer ilmu untuk
menangkal stroke agar dibagikan ke khalayak ramai terutama bagi kaum yang
membutuhkan. Ilmu ini didapatkan dari para pakar. Yaitu, Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementrian Kesehatan RI
berkerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi). Mereka
berbagi berbagai tips mudah mengenali gejala stroke.
Tips ini mudah, yah soalnya kalau sulit diterapkan itu namanya ujian.
Agar memperlancar dalam mengingat dibuatlah slogan SeGeRa ke RS, kepanjangannya
sebagai berikut:
Senyum tidak simetris atau mencong ke satu sisi, tersedak,
dan sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, biasanya
tubuh bagian kanan.
BicaRA pelo atau tiba-tiba tidak dapat berbicara/tidak
mengerti kata-kata/bicara tidak nyambung.
Kebas atau baal, kesemutan separuh badan
Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba
Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah
dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar,
gerakan sulit dikoordinasi.
Jika gejala stroke muncul seperti yang telah disebutkan di
atas, pasien segera dibawa ke Unit Gawat Darurat RS dalam waktu kurang dari 2
jam. Istilahnya berpacu dengan waktu, karena harus mendapatkan penanganan medis
dalam waktu 4,5 jam, biasa disebut periode emas stroke. Berguna mengurangi resiko kematian dan
kecacatan permanen. Pemeriksaan CT Scan perlu dilakukan agar mengetahui jenis
stroke.
Biasanya gejala-gejala stroke diawali dengan keram-keram
tapi untuk tiap orang belum tentu sama,
jelas Dr. Rasyid. Tetap saja segera datang ke RS untuk cek, jangan asal main tebak-tebak buah Manggis.
Merasa tanda-tanda ini kok berbeda dari yang dialami oleh orang lain. “Kalau salah juga tidak
apa-apa.” tambahnya.
Oh iya, coba kalian cek riwayat kesehatan keluarga terdekat.
Apakah mereka pernah menderita penyakit stroke? Karena faktor genetik dalam
keluarga sangat berpengaruh seseorang semakin rentan menderita penyakit stroke.
Faktor resiko yang memicu stroke di Indonesia sbb:
- Umur yang semakin meningkat
- Riwayat pasien atau keluarga mempunyai penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan kolesterol tinggi
Apabila seseorang telah terkena serangan stroke maka penting
untuk melakukan tindakan yang optimal dan tepat guna penentuan proses perbaikan
paska stroke dan mengurangi kecacatan. Diperlukan alat yang sahih, praktis,
mudah dan memungkinkan ketersediaan serta kesiapan alat dan apabila penderita stroke memeriksa
kekentalan (viskositas) darah dan plasma.
Ternyata Dr. Al-Rasyid bersama tim peneliti
telah berhasil membuat dan memodifikasi alat pengukur viskositas tersebut yaitu
alat Mikrokapiler Digital sehingga menjadi cepat, tepat dan mudah. Sehingga
dapat mendeteksi faktor resiko iskemik akut. Wah, hasil karya penelitian yang
perlu diapresiasi.
Bagaimana pencegahan serangan stroke? Ada berbagai upaya
dari Kementrian Kesehatan dalam pencegahan penyakit Kardioserebraovaskular,
stroke termasuk di dalamnya. Pertama-tama dengan melakukan kampanye alias upaya
promotif. Yaitu perilaku CERDIK yang mempunyai kepanjangan sbb:
(C) Cek Kesehatan secara berkala
(E) Enyahkan asap rokok
(R) Rajin beraktivitas fisik
(D) Diet sehat dengan kalori seimbang
(I) Istirahat cukup
(K) Kelola Stress
Selanjutnya Kemenkes melakukan upaya preventif dengan
mendorong masyarakat meningkatkan kewaspadaan diri. Dengan cara menyediakan fasilitas bagi masyarakat agar memeriksakan diri untuk mengukur tekanan darah dan pemeriksaan kolesterol
secara rutin minimal 1 kali dalam setahun di Posbindu PTM atau fasiltas
kesehatan. Bagi masyarakat yang sudah mempunyai resiko PTM disarankan melakukan
pemeriksaan secara berkala 1 bulan sekali.
Yang ketiga yaitu upaya kuratif dengan cara penguatan
pelayanan kesehatan, kemudian yang keempat, rehabilitatif untuk mencegah
disabilitas atau serangan ulang.
Nah, mulai sekarang mari hidup sehat. Sambil mengingatkan
diri sendiri yang hobi meluangkan waktu dengan posisi horizontal alias rebahan
mode. Dengan perilaku hidup sehat, kita, iya ... kamu dan saya, lebih berdaya
dan produktif. Sehingga meningkatkan manusia Indonesia yang berkualitas. (***)
#haristrokesedunia2019
#tanpaStrokeSDMUnggul