Bagaimana mencegah Serangan Stroke



Apakah kalian suka mager alias malas gerak, diet asal diet yang penting kurus; sehat urusan kesekian, istirahat kurang akibat terlalu lama menggunakan internet? Namanya sudah memegang gawai, berat sekali mengalihkan dari pesonanya. Belum lagi, sering terpapar dengan asap rokok atau asap kendaraan. Kalau sering mengalami hal-hal yang telah disebutkan tadi sebaiknya cek kesehatan secara berkala. Loh, ada apakah ini? Mengapa tiba-tiba saya menyarankan hal ini?

Memang saya ’tuh, orangnya perhatian. Berhubung pada 29 Oktober 2019 yang lalu diperingati sebagai Hari Stroke Sedunia bertema ”#DontBeTheOne”, untuk tema nasional “Otak Sehat, SDM Unggul”. Apalah artinya seorang Lisa, iya, itu nama saya, mengingatkan akan ancaman Stroke. Ingat kata pepatah “ Lebih baik mencegah daripada mengobati,” bukan?

Apalagi data-data mengenai si Stroke ini kok menakutkan. Menurut data WHO, Stroke adalah penyebab utama kematian di Indonesia, nah loh. Belum lagi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, kejadian stroke di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahun. Kemudian Stroke menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia dan penyebab disabilitas nomor tiga. Angka juga menunjukkan 1 dari 4 orang mengalami stroke. Waduh, jangan sampai kita mengalami hal ini, karena stroke bisa dicegah.

Berdasarkan rilis Dr dr. H. Al-Rasyid, Sp. S(K), Sekretaris Pokdi Stroke dari Perdossi, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak vokal dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian. Menurut WHO tahun 2014, stroke adalah terputusnya aliran darah ke otak, umumnya akibat pecahnya pembuluh darah ke otak atau karena tersumbatnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang.

Beberapa hari yang lalu, Senin, 28 Oktober 2019 bertempat di Gedung Adytama, Kemenkes, Jakarta diadakan acara temu dengan para narablog kondang seJabodetabek, aha.  Harapan dr. Cut Putri Arianie MH, Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, kami dijadikan agen perubahan dalam perilaku hidup sehat. Terutama dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko hidup sehat, spesial dalam pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).

Siap, mulai besok saya akan lebih banyak membagikan kegiatan hidup sehat di media sosial. Dibandingkan membagikan konten makanan atau minuman menggiurkan berlumuran dengan dosa, eh, maksud saya gula atau lemak. Niscaya makin mendorong para pengikut medsos turut menggemuk bersama saya. Kalau saya khilaf, mohon diingatkan para pembaca yang budiman.

Dalam ajang ini, para peserta mendapat transfer ilmu untuk menangkal stroke agar dibagikan ke khalayak ramai terutama bagi kaum yang membutuhkan. Ilmu ini didapatkan dari para pakar. Yaitu, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementrian Kesehatan RI berkerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi). Mereka berbagi berbagai tips mudah mengenali gejala stroke.

Tips ini mudah, yah soalnya kalau sulit diterapkan itu namanya ujian. Agar memperlancar dalam mengingat dibuatlah slogan SeGeRa ke RS, kepanjangannya sebagai berikut:
Senyum tidak simetris atau mencong ke satu sisi, tersedak, dan sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, biasanya tubuh bagian kanan.
BicaRA pelo atau tiba-tiba tidak dapat berbicara/tidak mengerti kata-kata/bicara tidak nyambung.
Kebas atau baal, kesemutan separuh badan
Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba
Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi.
Jika gejala stroke muncul seperti yang telah disebutkan di atas, pasien segera dibawa ke Unit Gawat Darurat RS dalam waktu kurang dari 2 jam. Istilahnya berpacu dengan waktu, karena harus mendapatkan penanganan medis dalam waktu 4,5 jam, biasa disebut periode emas stroke. Berguna mengurangi resiko kematian dan kecacatan permanen. Pemeriksaan CT Scan perlu dilakukan agar mengetahui jenis stroke.

Biasanya gejala-gejala stroke diawali dengan keram-keram tapi  untuk tiap orang belum tentu sama, jelas Dr. Rasyid. Tetap saja segera datang ke RS untuk cek,  jangan asal main tebak-tebak buah Manggis. Merasa tanda-tanda ini kok berbeda dari yang dialami oleh orang lain. “Kalau salah juga tidak apa-apa.” tambahnya.
Oh iya, coba kalian cek riwayat kesehatan keluarga terdekat. Apakah mereka pernah menderita penyakit stroke? Karena faktor genetik dalam keluarga sangat berpengaruh seseorang semakin rentan menderita penyakit stroke.
Faktor resiko yang memicu stroke di Indonesia sbb:
  • Umur yang semakin meningkat
  • Riwayat pasien atau keluarga mempunyai penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan kolesterol tinggi

Apabila seseorang telah terkena serangan stroke maka penting untuk melakukan tindakan yang optimal dan tepat guna penentuan proses perbaikan paska stroke dan mengurangi kecacatan. Diperlukan alat yang sahih, praktis, mudah dan memungkinkan ketersediaan serta kesiapan alat  dan apabila penderita stroke memeriksa kekentalan (viskositas) darah dan plasma.

Ternyata Dr. Al-Rasyid bersama tim peneliti telah berhasil membuat dan memodifikasi alat pengukur viskositas tersebut yaitu alat Mikrokapiler Digital sehingga menjadi cepat, tepat dan mudah. Sehingga dapat mendeteksi faktor resiko iskemik akut. Wah, hasil karya penelitian yang perlu diapresiasi.

Bagaimana pencegahan serangan stroke? Ada berbagai upaya dari Kementrian Kesehatan dalam pencegahan penyakit Kardioserebraovaskular, stroke termasuk di dalamnya. Pertama-tama dengan melakukan kampanye alias upaya promotif. Yaitu perilaku CERDIK yang mempunyai kepanjangan sbb:
(C) Cek Kesehatan secara berkala
(E) Enyahkan asap rokok
(R) Rajin beraktivitas fisik
(D) Diet sehat dengan kalori seimbang
(I) Istirahat cukup
(K) Kelola Stress

Selanjutnya Kemenkes melakukan upaya preventif dengan mendorong masyarakat meningkatkan kewaspadaan diri. Dengan cara menyediakan fasilitas bagi masyarakat agar memeriksakan diri untuk mengukur tekanan darah dan pemeriksaan kolesterol secara rutin minimal 1 kali dalam setahun di Posbindu PTM atau fasiltas kesehatan. Bagi masyarakat yang sudah mempunyai resiko PTM disarankan melakukan pemeriksaan secara berkala 1 bulan sekali.

Yang ketiga yaitu upaya kuratif dengan cara penguatan pelayanan kesehatan, kemudian yang keempat, rehabilitatif untuk mencegah disabilitas atau serangan ulang.

Nah, mulai sekarang mari hidup sehat. Sambil mengingatkan diri sendiri yang hobi meluangkan waktu dengan posisi horizontal alias rebahan mode. Dengan perilaku hidup sehat, kita, iya ... kamu dan saya, lebih berdaya dan produktif. Sehingga meningkatkan manusia Indonesia yang berkualitas. (***)


#haristrokesedunia2019
#tanpaStrokeSDMUnggul