Pada tanggal 17 sampai dengan 20 Juli 2109 yang lalu baru
saja diadakan pameran Food & Hotel Indonesia di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta.
Di sana saya menjumpai chef Arnold yang merupakan salah satu juri acara TV Chef
Master Indonesia di salah satu booth pameran yang sedang memasak untuk peserta.
Pikir saya, mumpung bertemu dengan chef yang baru saja
membuka restoran di daerah Tanjung Duren, Jakarta. Ini adalah salah satu usaha
gabungan dia dengan Gibran dan Kaesang. Setahu saya sampai hari ini restoran
ini sangatlah dipadati oleh pengunjung, antrian panjang mengular.
Menu yang disajikan di restoran bernama Mangkok Ku itu tidak
banyak. Beberapa di antaranya menggunakan daging, antara lain lidah dan
brisket. Ternyata Arnold memakai daging dari penyuplai terkenal KIBIF yang
sudah berpengalaman dalam menyediakan daging sapi berkualitas di Indonesia. Dan
KIBIF sedang membuka booth di sini. Sekaligus mengeluarkan produk daging baru yang
laris manis terjual sampai saya tidak kebagian.
Penasarankah kalian daging apa yang menjadi favorit
pengunjung pameran tersebut ? Silahkan Cek kanal You Tube saya lisamoningka.
(***)
Penampakan 3 mobil koleksi di museum Juang (dok. @lisamoningka)
Tahukah kamu jika sampai saat ini masih ada mobil bodong yang
berkeliaran di Jakarta walau hilir mudik depan para polisi tidak diangkut alias
disita. Wow, mengapa begini mengapa begitu? Eits, awas harap hilangkan buruk
sangkamu itu. Tapi ingat, hal ini tidak berlaku jika kamu mencoba-coba
berkelakuan seperti ini, dijamin kendaraan tanpa surat kamu langsung digendong
tanpa kasih sayang oleh derek Dishub.
Baiklah, langsung saya ceritakan si kendaraan yang
mendapatkan perlakuan spesial seperti ini. Mobil yang tiap hari diparkir di
Gedung Joang 45. Pada setiap tanggal 16 Agustus dibawa konvoi bahkan harus
dikawal. Disebabkan mobil ini berpelat REP-1, menandakan pernah dimiliki oleh
orang nomor satu di Indonesia. Mengenai kondisi mesinnya, masih bagus karena
memang diservis secara berkala. Kalau coba berkunjung di Gedung Joang 45 ada di
bagian belakang. Bagi yang bermata jeli pada saat melihat di bagian samping
mobil ada AKI yang diletakkan. Kata pemandu lokal yang menemani saya hal ini
adalah bagian dari perawatan.
Dalam museum ini terdapat 3 koleksi mobil. Pertama, mobil
dinas pertama milik Bung Karno berpelat REP-1. Kedua, berpelat REP-2 milik Moh.
Hatta dan ketiga, mobil Bung Karno yang terkena granat saat peristiwa Cikini
pada tahun 1957.
Ada cerita unik di balik ketiga mobil ini yang akan saya
ceritakan sebagai berikut.
Mobil Berpelat REP-1
Berkelir hitam dan terlihat sangar sekaligus seksi menurut
saya karena lekukan bodinya yang aduhai. Sampai sekarang saja masih terlihat
ganteng, rasanya ingin dikendarai dan dijajal keliling kota. Mesinnya juga tangguh,
terbukti masih bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, setiap tanggal 16
Agustus dibawa keliling untuk napak tilas oleh Gubernur DKI yang sedang
menjabat.
Pada tahun 1945, mobil ini adalah yang terbagus di Jakarta.
Awalnya dimiliki oleh Kepala Departemen Perhubungan Bangsa Jepang.Mobil ini adalah rampasan dari pihak Jepang kala
itu, cerita dari pemandu lokal di Gedung Juang yang saya lupa namanya. Maafkan
saya, karena terlalu asyik dengan ceritanya sampai melupakan nara sumber saya.
Awalnya si hitam manis ini berada di belakang kantor Departemen Perhubungan,
sekarang menjadi kantor Direktorat Perhubungan Laut.
Tiba-tiba terlihat oleh
Sudiro yang adalah Anggota Barisan Banteng dan secara tiba-tiba terbit pikiran
yang harus dilaksanakan dengan segera. Bahwa kendaraan roda empat ini cocok
dimiliki oleh seorang Presiden RI. Singkat cerita Bapak Sudiro meminta secara
halus mobil kepada sang supir. Dibujuk agar si sangar tersebut “dihadiahkan” kepadanya demi kepentingan nusa dan bangsa. Supir diberikan uang untuk dipakai agar bisa pulang
ke Kebumen.
Transaksi berjalan lancar, kunci berpindahtangan.Sudiro menghubungi supir kenalan agar
kendaraan bisa dibawa ke rumah Bung Karno.
Momen saat mobil datang, terbayang suara mesinnya yang
menggelegar dalam pikirian saya, karena digas untuk menarik perhatian.
Akibatnya Bung Karno keluar dari kediaman untuk mencari asal suara. Aha! Mobil rampasan perang dipersembahkan
untuk Presiden RI-1. Sudiro berkata “Ini mobil yang pantas untuk Presiden RI." Kalau saya sedang berada di situ pasti ikut menganggukan kepala tanda seiya
sekata.
Karena tidak tahu ekspresinya Bung Karno seperti apa, cerita
berlanjut. Kalau ditarik ke belakang mobil ini adalah rampasan perang tentu
tidak suratnya, bukan? Mungkinkah Bapak Sudiro meminta BPKB atau semacamnya
ketika merampas secara manis kendaraan ini, agak mustahil, bukan?
Singkat
cerita Bung Karno datanglah ke tempat semacam SAMSAT, untuk istilahnya
sekarang. Untuk meminta dibuatkan STNK untuk kendaraan nomor satu di Indonesia.
Kira-kira reaksi dari polisi pada saat itu bagaimanakah? Ternyata mereka menolak,
dengan alasan Bung Karno tidak mempunyai surat resminya. Apa!!? Permintaan seorang nomor satu di negara
ditolak? Intinya STNK tidak keluar.
Tidak kehilangan akal, oleh Bung Karno
dibuatlah plat nomor untuk mobilnya tersebut. Dengan tangannya sendiri ia
menuliskan REP-1. (Peringatan : Adegan ini dilarang dijadikan panutan dan
inspirasi kecuali kendaraan siap sedia disita setiap saat)
Mobil Berpelat REP-2
Kendaraan putih kelimis dan manis ini adalah mobil milik
Moh. Hatta. Mobil ini sebelumnya digunakan perusahaan yang bernama Djohan
Djohor milik seseorang pengusaha yang adalah paman dari Moh Hatta.
Sebelum dijadikan koleksi museum sempat terjadi kejadian
menggelikan tapi. Kendaraan roda empat ini sempat diservis di suatu bengkel dan
entah mengapa dibiarkan begitu lama oleh Moh. Hatta. Karena diabaikan, pemilik bengkel mungkin serba salah. Berpindah tanganlah si putih ini.
Tahukah kamu, oleh pemilik barunya mobil ini berubah fungsi menjadi mikrolet. Saya
tidak tahu detailnya apakah mereka tahu kendaraan ini sebelumnya adalah milik
Moh. Hatta. Setelah dijual, entah berapa lama dipakai melayani penumpang.
Bung
Hatta mendadak kangen dan teringat akan mobil yang pernah dia pergunakan pada saat melaksanakan
tugas-tugas kenegaraan sebagai seorang Wakil Presiden. Mendengar kenyataan pahit
bahwa kendaraan itu sudah dijual dan digunakan sebagai mikrolet, kesal dan marahlah
Moh. Hatta.
Dengan berbagai cara si kendaraan yang setia mendampinginya
sampai-sampai ketika pemerintah RI pindah ke Yogyakarta ikut diboyong dengan
kereta api, kembalilah dengan tidak aman sentosa ke tangannya. Akhir cerita bahagia,
mobil ini akhirnya dijadikan salah satu koleksi di Museum Juang 45 ini.
Mobil Peristiwa Cikini
Raja Arab Saudi, Saud bin Abdul Aziz memberi oleh-oleh Mobil
Chrysler Crown Imperial yang berpelat sekarang berpelat B 9105 untuk Bung Karno
setelah ia berkunjung ke negara itu pada 18 Juli hingga 4 Agustus 1955.
Kendaraan roda empat ini adalah saksi sejarah peristiwa
percobaan pembunuhan Cikini pada tanggal 30 November 1957. Berdasarkan kenangan
Megawati, saat itu Perguruan Cikini sedang mengadakan pesta ulang tahun Yayasan
ke-15. Kampus bersolek, karena selain ulang tahun, mereka turut mengundang Bung
Karno. Saat itu seluruh putra dan putri Bung Karno bersekolah di sana. Sejarah
mencatat, yayasan ini mendirikan Sekolah Rakyat Partikelir Mayumi termasuk di
dalamnya adalah berbagai sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi.
Ketika itu Bung Karno datang sebagai undangan biasa yaitu
sebagai orang tua murid bukan sebagai orang nomor satu di Indonesia. Beliau
datang dengan iring-iringan rombongan Pasukan Pengaman Presiden (Paspamres)
pada era itu. Terlihat ikut menikmati kemeriahan acara. "Saat itu saya
bertugas menjaga pameran, kakak dan adik-adik saya, lalu Bung Karno mengunjungi
saya sebagai orangtua." cerita Megawati. Bung Karno dikeliling anak-anak
yang berlomba-lomba bersalaman dan berfoto serta meminta dipeluk.
Di tengah-tengah kemeriahan acara,beberapa granat dilemparkan ke arah Bung
Karno. Dua pelaku pelempar granat tidak mengenai sasaran granat disebabkan
sempat luluh melihat Bung Karno kewalahan dipeluk anak-anak kecil. Sayang
granat yang dilemparkan menjadi mengenai tamu undangan, para murid serta
Paspamres.
"Peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan, karena
korbannya dari kawan-kawan saya saja ada 100 orang, baik yang meninggal dunia,
luka parah, maupun luka ringan. Beberapa bahkan cacat seumur hidup," kata Presiden
ke-5 RI ini. Para pelaku mengaku telah dicuci otak tentang antikomunis. Dimulai
dari ceramah-ceramah, mereka diindoktrinasi oleh ulama Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TII). Doktrin ini adalah Presiden Soekarno menghalang-halangi
perkembangan Islam. Jika presiden terbunuh, Islam akan cepat berkembang.
Sampai saat ini jika melihat mobil ini masih tampak pecahan
kaca di jendela, serta kaca spion yang hilang. Kata sang Bapak pemandu memang
sengaja dibiarkan agar mengingat sejarah menyedihkan ini. Hal ini membuat saya
teringat akan quote Bung Karno Jas Merah, “Jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah.”
Demikian cerita di balik dari 3 kendaraan para pemimpin
Bangsa indonesia. Harap ingatlah selalu Jas Merah untuk keutuhan NKRI.
Lukisan Lempad dalam bentuk video animasi (dok. penulis)
Kali ini saya menghadiri pembukaan pameran lukisan dan multimedia
pada hari Rabu (19/06/2019) di Galeri, Komunitas Salihara beralamatkan Jl.
Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta bertema “Darkness is White”, menampilkan lukisan dikombinasikan dalam tata seni cahaya, musik, video, dan
animasi dari seorang seniman terkenal asal Bali bernama I Gusti Nyoman Lempad.
Saya merasa beruntung bisa mengunjungi pameran ini.
Karena penampilannya yang unik, “Nyenibanget,” kata saya. Pertama-tama kamu masuk dalam ruangan gelap nan
wangi bunga-bunga yang ternyata di tengah-tengah ruangan terdapatsemacam persembahan terdiri dari bunga-bunga
yang biasa ditemukan di Pura atau di Bali pastinya.
Kemudian suasana menjadi gelap gulita diiringi gamelan Bali
yang makin menambah mistik suasana. Barulah satu persatu lukisan ditembak
dengan lampu sorot. Di dalam ruangan ini terdapat 10 lukisan, 9 lukisan adalah
koleksi Daniel Jusuf, pengusaha asal Malang, Jawa Timur yang berdomisili di
Jakarta. Daniel mengoleksi ratusan karya Lempad, tak hanya membeli dari orang
Bali, dia juga banyak membeli lukisan Lempad dari orang-orang asing. Koleksi
lukisan Lempad pertamanya dibeli dari Antonio Blanco di Bali ketika ia berumur
9 tahun. Sedangkan 1 lukisan koleksi
dari Anak Agung Gde Rai yang terdapat di sisi paling kanan.
Setelah seluruh lukisan sudah ditampilkan, ruangan kembali
menghitam alias gelap gulita. Perlahan-lahan muncul animasi lukisan-lukisan yang
dipamerkan tapi dalam rupa garisan putih. Wow menakjubkan kata saya dalam hati.
Beberapa menit kemudian layar berpindah ke kiri. Mulai dari goresan 2 dimensi
yang menampilkan ukiran topeng perlahan-lahan berubah menjadi topeng asli dalam
bentuk video yang disebut karya augmented
reality atau multimedia realitas tertambah karyaJeffry Budiman.
Pameran berlangsung pada tanggal 20 Juni, 25 sd 27 Juni, 2 sd 7 Juli 2019, tidak dipungut biaya kecuali untuk penampilan spesial. Mulai
dari jam 11.00-20.00 WIB. Untuk penampilanspesial diadakan tanggal 21 sd 23 Juni dan 28 sd 30 Juni 2019. Acaralainnya juga diadakan “Art Talk” pada tanggal 26 Juni 2019 pukul
19.00-21.00 di Serambi Salihara. Untuk detail acara bisa di laman www.salihara.org
Pameran ini turut digagas oleh budayawan Bali asal Perancis,
Jean Couteau. Berkat kerjasama Puri Agung Ubud, Yayasan Bali Purniwati, dan
Komunitas Salihara maka pameran ini bisa diselenggarakan.
Buku mengenai Lempad (dok. penulis)
I Gusti Nyoman Lempad
Baiklah, saya akan ceritakan mengenai latar belakang I Gusti
Nyoman Lempad atau Lempad adalah seorang maestro yang juga merupakan tokoh
pembaharu seni lukis tradisional Bali. Mengapa dikatakan seperti itu ? Gorehan
lukisannya menampilkan “gaya transformasi”ketika estetika seni lukis klasik Bali berubah menuju modern.
Jadi pada saat itu lukisan di Bali hanya berupa 2 dimensi
kata Anak Agung Gde Rai, salah satu pendiri dari museum ARMA yang turut
meminjamkan salah satu koleksi galeri seninya untuk dipamerkan di sini.
Kemudian Lempad melukis 3 dimensi “Lebih menyerupai wujud manusia” kata Agung
Rai kepada saya.
Dalam lukisan lazim pada masa itu menggambarkan tokoh-tokoh
pewayangan, tetapi lukisan Lempad berisikan kehidupan sehari-sehari masyarakat
Bali, penjelasan dari Agung Rai. Bagi seorang kolektor seni barat kalau tidak
memiliki koleksi dari Lempad, maka koleksinya tidaklah bisa dikatakan lengkap,
tambah kurator dan kolektor lukisan yang sering diundang ke luar negri
ini.
Tidak hanya pelukis, Lempad juga pematung, arsitek tradisional (undagi) yang banyak
membangun rumah dan Pura di Bali, pembuat perangkat upacara (sanging), pembuat
topeng, pembuat figur wayang, dan elemen upacara ngaben. Tindakan penciptaannya
terkait erat dengan dunia spiritual.
Kelahiran Lempad tidak diketahui waktunya secara tepat.
Diperkirakan sekitar 1862, beliau menikah ketika Krakatau meletus pada tahun
1883. Karena perkiraan lahirnya belum bisa dipastikan jadi umur sekitar 116
tahun pada saat meninggal pada tanggal 25 April 1978.
Bapak Lempad adalah seorang pengukir, tapi kemampuannya
didapatkan dari seorang Brahmin yang hidup di puri. Brahmin ini menguasai
berbagai bidang, antara lain pelukis, pemahat, perancang bangunan dan ahli
dalam peraturan peradatan. Sehingga Lempad belajar segala macam tentang tarian,
agama dan masyarakat.
Pada masa Lempad hidup, di Ubud banyak seniman dari Barat
yang tinggal di sini.Tempat mereka pun berdekatan. Sehingga tidak heran para
seniman di sana beriteraksi secara simboisis. Jadi saling mempengaruhi tapi dalam
arti positif.
Salah satu yang mempengaruhiteknik modern melukis Lempad adalah Walter Spies. Spies adalah seorang
pelukis, perupa, dan pemusik asal Jerman. Dia adalah tokoh yang berandil
memperkenalkan Bali kepada khalayak dunia. Lempad membantu Spies membangun
rumah di Campuan, Ubud. Dari sinilah ia mengembangkan lukisan wayang bertema
Ramayana dan Mahabhrata dalam berbagai media dan material, seperti kayu,
kertas, pensil atau tinta Cina.
Karya Lempad begitu memesona sehingga dibuatkan buku spesial
untuknya yang diproduksi oleh orang asing. Mendengar hal ini dari Agung Rai
membuat saya terpukau. Bukunya dibuat dalam bentuk spesial, hard cover. Bahkan
sempat dibuatkan film tentang kehidupan Lempad oleh para Arkeolog asal luar
negri pula. Para peneliti ini menganggap betapa Lempad adalah seseorang yang
sangat penting.
Karya-karyanya mencerminkan pengamalan filosofi Hindu Bali
yang diterapkan melalui mendengar (sruti) menyebabkan tema-tema lukisannya
sangat luas dan lahir dari penghayatan yang dalam.
Pada periode awal karya Lempad terilhami dari cerita klasik,
secara perlahan-lahan berkembang ke gaya yang lebih bebas, yaitu mengenai
kehidupan sehari-hari khas Bali. Dimaksudkan dunia spiritual berbaur harmonis
dengan rutinitas sehari-hari.
Goresan-goresannya khas, terlihat sederhana tapi unik. Kerap
menggunakan warna hitam di atas kertas putih serta mampu menonjolkan kekuatan
garis.Warna hanya digunakan untuk memperkuat aksen tertentu. Beberapa warna
yang digunakan adalah merah, putih dan hitam serta sedikit aksen emas yang
adalah bentuk penghayatan nilau filosofi Tri Datu (merah, putih, dan hitam)
berpadu dengan nilai keilahian yang disimbolkan oleh prada (emas).
Pameran Karya Lempad
Salah satu lukisan yang dipajang (dok. penulis)
Sastra dari Indonesia yang terkenal dalam dunia
internasional adalah Serat Centhini dan La Galigo, puisi epos penciptaan. Hasil
karya Lempad adalah simbol budaya Bali sebagai jendela unggulan Indonesia
menuju dunia.
Pameran ini berkonsep memperkenalkan karya-karya Lempad
dengan jiwa Balinya namun pikiran dan karya bersifat universal. Berkesenian
bagi seniman yang pernah mendapatkan penghargaan dari pemerintah RI pada saat
HUT RI ke-25 adalah “ngayah”, suatu konsep yang sudah banyak ditinggalkan di
jaman sekarang, ketika berkesenian sebagai mata pencaharian. Penghargaan yang
dia dapatkan dari pemerintah RI dalam bentuk medali emas dan uang sejumlah
Rp100.000. Uang tersebut diberikan kepada cucunya untuk membeli motor. Bagi
Lempad berkesenian adalah jalan spiritual.
Karya-karya beliau yang ditinggalkan banyak dalam keadaan
seperti belum selesai, namun hal ini adalah kesengajaan. Ia percaya “selesai”
adalah milik Tuhan, dan dengan karya yang diselesaikan, ia berharap generasi
berikutnya akan menyelesaikan, sehingga tradisi akan terus terpelihara.
Hal ini membuat saya bertanya kepada Gde Rai, “Apakah ada
karya Lempad yang diselesaikan oleh orang lain ?” ternyata saat ini belum ada
yang berani melakukan hal ini karena sulit. Lagi pula pada jaman itu seni
diibaratkan meditasi, benar-benar menjiwai.
Bagi seorang pribadi Agung Rai, dia senang pameran mengenai
Lempad diadakan karena dia adalah sosok seorang non akademis. Lempad tidak bisa
membaca karena ia tidak bersekolah secara formal. Jadi, cara menuliskan nama di
lukisan dengan mencontoh.
Unik bukan kehidupan seorang seniman asal Bali ? Wajar
memang beliau dikatakan sebagai seorang maestro. Tak heran kalau Jean Couteau mengatakan
Lempad adalah seorang genius. Karya-karya Lempad mendunia karena banyak
dijadikan koleksi privat oleh orang-orang asing serta tidak sedikit karya
Lempad ditempatkan di museum-museum di luar negri yang dianggap karya seni rupa
yang dipandang maju. (***)
Suatu hari teman saya yang hobinya kelayaban makan unik dan enak mengajak untuk mencoba olahan sate domba. Lokasinya di Waroong Kebayoran Jakarta Selatan. Namanya tempatnya Sate Domba Pak
Udin Petot, kalau cari di mesin perambah lebih dikenal Sate Pak Udin saja. Tempatnya strategis, mudah dicari bagi saya yang kerap berkeliaran di daerah ini.
Untuk masalah parkir roda dua dan empat tersedia. Kadang harus parkir susun khusus mobil jika sedang ramai. Tapi tenang saja, ada
tukang parkir yang mengatur dan membantu pengunjung memindah kendaraannya jika
menghalangi.
Pertama-tama saya penasaran dengan ovennya, ada oven seperti
drum besi. Kata pegawai yang sedang memasak. Oven ini dulunya berguna untuk
memanggang pizza. Sekarang berubah haluan untuk memanggang dan memanaskan
olahan masakan di sini.
Cara mengolah sate dombanya ada dua. Pertama; dibakar oleh
mereka. Kedua; bakar sendiri. Kayaknya lebih asyik kalau bakar sendiri, walau sama-sama di atas batu juga. Jika harus melakukan sendiri di oven yang panas membara sampai
suhu 300⁰,
sayang angkat tangan deh.
Beberapa lama kemudian, datanglah si sate domba dihidangkan
di atas batu panas dengan dua rasa, yaitu yang berbumbu dan tidak berbumbu.
Lemak yang keluar dari daging menyebabkan letupan-letupan kecil akibat panas dari batu muncul.
Sate yang tidak berbumbu dinamakan Polosnya Kehidupan.
Sedangkan yang berbumbu disebut Manis di Bibir. Silahkan pilih berdasarkan selera
masing-masing. Kalau saya lebih suka yang polos, maklum saya ‘tuh orangnya
polos banget.
Menuju ke teman hidangan sate, yaitu pilihan sambal. Tersedia Sambal Dabu-Dabu (Ini favorit saya), Sambal Matah, Sambal Krenyos dan
Sambal Kecap. Bagi penyuka pedas tingkat tinggi saya sarankan memilih Sambal Krenyos. Enaknya kalau bakar sendiri, sementara proses masak memasak bisa mengolesi sambal sesuai selera.
Sebenarnya apa ya bedanya sate dibakar biasa dengan yang
dibakar di atas batu ? Ternyata menurut Cherish yang adalah satu pemilik Sate
Domba Pak Udin Petot ini, jika dibakar menggunakan batu, sari-sari daging yang
biasa menetes keluar dan jatuh pada saat pembakaran tidak akan terjadi.
Sedangkan dibakar di atas batu berbeda. Sari dari daging
tetap terjaga istilah perkulinerannya daging menjadi juicy. Tentunya menjadi lebih empuk ditambah aturan untuk pengolahan daging domba harus menggunakan domba muda.
Ketika dibakar oleh mereka di oven, sate tetap diletakkan di
atas batu. Silahkan cek video You Tube saya untuk melihat prosesnya. Permisi, numpang iklan kanal You Tube. Jangan
lupa disedekahi “subscribe”, “comment” dan berikan “like”.
Mengenai harga satu porsi dengan berat 180 gram, untuk
daging saja dibanderol Rp60.000. Kalau kamu penggemar lemak bisa pilih campur, harganya Rp55.000.
Menurut pendapat saya, harga yang diterapkan di sini murah dibandingkan dengan kualitas yang didapatkan ditambah lokasinya juga strategis di dekat keramaian.
Mengenai menu-menu olahan lainnya antara lain Sate Ayam
Ngacang, Sate Ayam Nakal, Gulai Domba Menggairahkan, Sop Domba, Nasi Domba
Bakar dan Nasi Gultik khas Pak Udin Petot. Semua sudah saya coba kecuali menu
terakhir.
dok. Rahab Ganendra
Untuk Gulai Domba Menggairahkan sempat saya takut
mencicipinya. Karena pengalaman buruk mencoba gulai Kambing, karena pencernaan saya langsung menolaknya akibat bau daging yang sangat amis. Sejak itu
saya tidak pernah menyentuh gulai.
Ternyata olahan gulai di sini bisa menghilangkan
trauma. Santannya tidak terlalu kuat, justru rempah-rempah yang lebih terasa
dan dagingnya tidak terasa amis. Walau tipis-tipis masih mempertahankan aroma
daging dombanya.
Domba Bakar (dok. penulis)
Menu yang saya sangat rekomendasikan selain sate yakni Nasi
Domba Bakar. Karena sudah memesan sate plus sate jadinya yang muncul Domba
Bakar. Rasanya lezat, rasanya mau nambah. Oh, ya-ada cara trik cara makannya. Harap dicelupkan terlebih dahulu ke kuah yang tersedia, baru dimakan. Rasanya
manis-manis gurih. Menu ini dihargai hanya Rp25.000.
Duh saya terpesona mengenai murahnya. Setelah ditanya-tanya, target sasaran rumah makan ini memang mahasiswa daerah
Jakarta Selatan jadi harganya lebih bersahabat menurut Cherish. Dan kabar baiknya, harga yang di menu sudah termasuk nasi + gratis refill minuman tertentu sepuasnya.
Bagi yang penasaran, silahkan saja datang langsung ke TKP. Beralamatkan Jl. Profesor Joko
Sutono SH No. 33 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jam operasional pukul 10.00-22.00 untuk Senin-Sabtu. Hari Minggu jam 08.00-21.00 WIB.
Kenapa sekarang jadi lapar ulang setelah menuliskan pengalaman ini ya ? Salam makan unik nan enak. (***)
Waktu itu Jakarta sedang dilanda hujan. Setelah panas
berkepanjangan, akhirnya aspal kota yang baru melaksanakan Asian Para Games ini
tersentuh tetesan air. Memang jadi suasana jadi menyegarkan, ditambah bonus
macet lebih panjang. Membuat saya datang terlambat ke acara pembukaan pameran
lukisan, patung dan fotografi bertema Resemblance of the Real. Yang diadakan di
Museum Art:1, Kemayoran. Mulai dari tanggal 18 Nopember s.d. 2 Nopember 2018. Yang
terdiri dari 10 orang seniman yang adalah staf pengajar Program Seni Rupa-FSRD
ITB. Dari yang biasa pameran di Indonesia sampai di luar negeri. Dan benang
merah acara ini tentunya seni abstak.
Menurut kurator pameran ini, Rizki A. Zaelani. Setelah saya
tanya mengapa mereka ambil tema ini yaitu para dosen senior di fakultas ini
terkenal akan seni abstraknya. Tuturnya kata “Real” diartikan sebagai
pengalaman hidup yang belum dikonsepkan, bisa juga dari pengalaman masa kecil
yang tidak kita sadari. Jadi abstrak itu tidak meniru, sehingga tiap orang
mempunyai keunikkannya tersendiri.
Lalu, kalau kita perhatikan kalimat ini “Antara Nyata dan
Kenyataan itu Berbeda”. Agak membingungkan bukan ? Baik, saya bantu perjelas. Nyata
= jelas, Kenyataan = sesuatu yang telah terjadi. Kita suka menyamakan dua kata
ini bukan ? Dalam pameran ini mereka mau menunjukkan ada suatu hal yang nyata
yang kita bisa rasakan dengan panca indera, tetapi bukan berarti hal itu adalah
benar-benar kejadian yang benar-benar sudah terjadi.
Saya bercakap-cakap dengan Oco Santoso, yang dua karya diboyong
ke tempat ini. Dimana diselesaikan dalam waktu hari saja. Saya sempat terkagum-kagum
akan kecepatan dosen yang berpengalaman mengajar 25 tahun ini dalam menghasilkan
sebuah karya yang matang. Benar-benar memang hebat di bidangnya. Bahkan
murid-muridnya banyak yang lebih hebat dalam berkarya, tandasnya dengan nada
bangga.
Dalam memberikan penjelasan kepada saya pun mudah dicerna.
Harap maklum, biasanya bahasa seniman tidak mudah dipahami. Karena daya
imajinasi mereka terlalu tinggi jadi sulit dituangkan dalam kata-kata
sederhana.
Penjelasannya mudah. Dalam seni abstrak entah dalam lukisan,
karya 3 dimensi atau fotografi. Obyeknya biasa tidak jelas. Yah... namanya juga
abstrak, kalau lukisannya jelas nama alirannya jadi berbeda. Nah, asyiknya
dalam menikmati ketidakjelasan itu, kita jadi menebak-nebak benda apakah ini
karya seni ini ? Tiap orang berbeda-beda, tetapi tetap ada benang merahnya. Seperti
lukisan di bawah ini.
Apa yang kamu lihat ? Kalau saya melihat laut, ada beberapa
kapal kayu dan berkas-berkas cahaya menembus air laut. Saya tanya salah satu
pengunjung, dia melihat perahu yang sedang menembus balok-balok es. Lalu yang
lainnya berkomentar dia melihat hal sama tetapi ada detail lainnya berbeda.
Wah, ini jadi seperti permainan tebak-tebak gambar saja. Lalu kami berputar
melihat-lihat yang lain. Kembali lagi ke lukisan tersebut, gambar yang terlihat
berbeda lagi. Kami pun terheran-heran. Ternyata benar yang dikatakan Oco
Santoso. Dengan melihat lukisan abstrak, tanpa sadar yang terlihat dipengaruhi banyak
hal. Contohnya pengalaman pribadi, suasana hati bahkan sampai hal yang sedang
trend saat ini.
Bahkan dengan melihat lukisan abstrak dengan baik-baik,
dalam suasana tenang. Kita mulai menarik diri dari dunia nyata, sendirian dalam
keramaian. Karena di pameran jarang sendirian juga ya. Pada saat kita melihat
apa yang muncul dalam karya tersebut menunjukkan kualitas kita. Bahwa kita
pribadi unik.
Ajang Pembuktian bakat khusus para musisi sekarang sudah
berjalan di TVRI, bahkan sudah berjalan 3 minggu. Yah, program ini salah satu
gebrakan baru untuk meraih hati para milenial dan pemirsa TVRI tentunya. Audisi
dilaksanakan setiap hari Rabu di TVRI-Jakarta. Serta tidak dikhususkan untuk
penampilan band, tapi mulai dari solo, duet, trio hingga instrumentalist.
Karena ini adalah ajang kompetisi, maka ada juri yang
dihadirkan sebagai penilai dan komentator untuk memberikan masukan kepada
finalis. Tentunya untuk pemenang di setiap episode akan berkesempatan untuk
diundang di berbagai program unggulan TVRI lainnya.
“Studio of Stars” bertempat di restoran Papa Ron’s dan
Amigos serta Komodo Kopi. Penggunaan ruangan ini tidak hanya terbatas hanya
satu program saja, tetapi ada banyak kegiatan baik on air atau pun off air. Di
antaranya program Semangat Pagi Indonesia, yang merupakan salah satu acara
andalan TVRI,yang mempunyai jam tayang
setiap hari pukul 06.00-08.00 yang menggunakan konsep talkshow. Untuk
konferensi pers pun kerap diadakan di tempat yang baru buka bulan Juli lalu
ini. Dan terlihat makin hari makin ramai pengunjungnya.
Baik kembali ke “Studio of Stars”, program yang mempunyai
tujuan sebagai wadah ekspresi bagi para musisi dengan berbagai kalangan, mulai
dari pengamen jalanan sampai lulusan sekolah musik. Tutur Helmi Yahya, Dirut
TVRI. Cara mengikuti program ini untuk wilayah Jakarta; peserta diundang untuk
audisi di TVRI-Senayan. Lalu untuk luar Jakarta, mereka mengirimkan video
penampilan ke TVRI.
Teknologi yang kekinian pun diterapkan dalam ajang ini,
yakni adanya aplikasi untuk para pemirsa dalam memberikan vote mereka. Memang
benar, TVRI makin mendekatkan diri ke kaum milenial.
Oh ya ada syarat untuk mengikuti program acara ini, yaitu peserta
adalah pemula dalam bermusik bukan profesional. Dan yang paling utama adalah
harus bagus, tandas Apmi Jaya Putra, Direktur Program dan Berita TVRI.
Jadi penasaran bukan ? Yuk, cek penampakkan “Studio of
Stars” setiap hari Senin sampai dengan Jumat pukul 21.30.
Untuk penggemar makanan laut di daerah Bendungan Hilir
(Benhil) saya sarankan untuk mencoba R.M. Seafood 44 Benhil dengan alamat Jln.
Raya Bendungan Hilir no. 21. Untuk patokannya letaknya diapit oleh Circle K dan
Bank Danamon. Jam buka pukul 5 sore s.d. 12 malam. Infonya libur lebaran tetap
buka.
Mereka menyediakan berbagai macam olahan ikan,udang, cumi,
kepiting dan kerang dengan saus yang kurang lazim di telinga saya. Antara lain
saus buttermilk, saus tauco pete, saus siracha garlic & saus singapore. Mendengarkannya
saja membangkitkan keinginan mencoba semuanya. Tapi sayangnya daya muat perut
saya berbanding terbalik denganmata
keranjang saya. Akhirnya menu yang dipesan antara lain Ikan Kuwe/Bebara Bakar
Bumbu Kecap, Ikan Goreng Kering, Udang Telor Asin, Udang Saos Padang, Cumi
Sriracha Garlic, Cumi Goreng Tepung, Kepiting Saos Padang, Kangkung Polos,
Buncis Ebi, Sayur Raja Rasa dan Kerang Hijau Saos Padang. Yang terakhir itu
sebenarnya tidak ada di menu, tapi karena ada permintaan jadi disediakan. Mengenai
rasa ternyata sesuai dengan selera saya yang tidak terlalu kuat makanan pedas.
Apa lagi Udang Telor Asin, “Pantang kenyang sebelum makan udang”.
Lalu untuk kenyamanan tempat, saya rasa cukup baik karena
tersedia 2 lantai dasar non-AC sementara di atas ada AC juga dilengkapi CCTV
dan rencananya akan dipasang WIFI. Pada saat makan di atas Anda akan didampingi
pelayan yang cepat dan sigap. Cuma karena baru buka beberapa hari yang lalu
harap maklum jika ada yang belum menguasai menu.
Untuk kecepatan makanan disajikan terbilang cepat, mengingat
juru masak mereka “lulusan” dari Bandar Jakarta-Ancol.
Letak R. M. Ini strategis karena terletak tidak jauh dari
Jalan Sudirman. Untuk pengendara motor, silahkan langsung parkir tepat di
depan. Bagi yang membawa mobil, kalau sedang beruntung seperti saya bisa parkir
di muka juga.
Jika saya membawa teman untuk berkunjung ke area Gondangdia untuk berwisata kuliner biasanya saya suka ajak mereka untuk bertandang ke masjid Cut Meutia walau hanya di halamannya saja. Terakhir saya mengunjungi tempat ini ketika mencari takjil bersama teman kelayaban yang suka mencari makanan enak. Kebetulan pas ada di sini, saya mengajak mereka untuk mencoba jamu legendaris di Gondangdia.
Baiklah, kembali ke topik utama. Kok, saya jadi melantur ? Saya merasa masjid ini adalah bagian penting dari Jakarta, sehingga merasa perlu untuk membuat artikel ini sebagai pengingat juga kalau-kalau saya lupa. Aha, tinggal klik link langsung ingat deh. Ditambah saya mendapatkan bahan dari harian Kompas sebagai data penguat, terbit minggu lalu.
Kantor Biro Arsitek Zaman Hindia Belanda
Di tempat ini, saya ceritakan sedikit sejarahnya dan meminta mereka memperhatikan detail bangunan yang awalnya adalah kantor arsitek zaman Hindia Belanda, NV De Bouwploeg, dipimpin oleh Pieter Andriaan Jacobus (PAJ) Moojen. Biro inilah yang memegang proyek pengembangan dan pembangunan kawasan Menteng, dinamakan Nieuw Gondangdia.
Kawasan ini juga kerap disebut Boplo. Nah, bagi yang bingung dari mana asal kata Boplo kok tidak Indonesia sekali ya ? Silahkan merujuk ke nama kantor real estate ini, NV De Bouwploeg. Disebabkan lidah orang Indonesia sulit menyebut kata Bouwploeg akhirnya berubah menjadi Boplo. Saya pun sulit menyebutkan kata ini hingga sempat dibantu pengucapannya pada saat saya sedang membawa peserta tur yang jago bahasa Belanda.
Catatan Resmi Mengenai Sejarah Sulit Didapatkan
Kalau dicari-cari catatan resmi mengenai masjid ini hanya sedikit. Paling pemberitaan yang ada di media massa daring itu juga tidak banyak. Informasi yang diketahui dari pengurus masjid juga berdasarkan cerita lisan dari pengurus masjid lama. Sangat disayangkan, mengingat sejarahnya yang menarik yang membuat bentuknya tidak lazim sebagaimana bangunan masjid pada umumnya.
Khas bangunan
Dimulai dari area shalat, arah kiblatnya tidak sama dengan arah bangunan. Tempat mimbar ceramah terpisah dengan bilik tempat imam memimpin salat. Sebelumnya di bagian tengah bangunan terdapat tangga besar kemudian dihilangkan karena dianggap terlalu memakan tempat dan mengganggu area ibadah shalat. Sisa bagian tangga yang terhubung ke tangga bercabang menuju lantai atas berada tepat di atas mimbar ceramah, pada bagian dindingnya dihiasi tulisan kaligrafi indah.
Kalau dilihat dari luarpun makin tidak terlihat sebagai masjid jika tidak terlalu memperhatikan detail tambahan bangunan. Justru dari balkonnya beserta jendelanya makin kuat ini adalah bangunan bergaya arsitektur Eropa, Art Nouveau, memang sedang trend di era 1880-an hingga 1920-an.
Sejarah Hingga Menjadi Masjid Gedung kantor artsitek ini dibangun selama dua tahun mulai tahun 1910 oleh Moojen. Sayangnya biro ini hanya berjalan beberapa tahun saja karena pada tahun 1925 dinyatakan pailit. Mulai saat itu, gedung ini berubah-ubah fungsinya serta berganti pemilik. Bangunan ini telah berfungsi sbb, 1. Kantor pos 2. Kantor perusahaan kereta api Belanda 3. Kantor Angkatan Laut Jepang (pada saat Jepang menjajah Indonesia tahun 1942) 4. Kantor sekretariat MPRS 5. Kantor Urusan Agama (era awal kemerdekaan Indonesia) 6. Tempat Ibadah (tahun 1987 atas usulan AH Nasution) Gedung yang berdiri di atas lahan seluas 5.000m2 ini sempat diwacanakan akan diratakan tetapi oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu ditetapkan berstatus cagar budaya. Duh, untunglah terselamatkan.
Nah, kamu sudah pernah masuk ke dalam atau belum ? Siapa tahu ada yang berencana untuk beribadah di sini dengan keluarga atau sahabat ? Bisa kamu ceritakan sejarahnya yang unik. Di masjid ini juga kerap mengadakan kegiatan seperti bazar dan bentuk perniagaan lainnya. Bahkan ada kegiatan dakwah melalui festival musik walau masih ada silang pendapat. Jika sedang mencari makanan di sekitar stasiun Gondangdia, dipersilahkan mampir. Ada banyak makanan enak di area ini. Oh ya, bagi yang mau menyelenggarakan resepsi pernikahan, di sini tersedia ruang aula. Hayuuk disurvei sambil jalan-jalan. (***) we