Kamis, 26 Desember 2019

Geliat Pariwisata Aceh Masa Kini

Kegiatan Forum Silahturahmi Aceh Meusapat II (Foto Iwan Chan)

Aceh mempunyai banyak potensi yang bisa digali dalam bidang pariwisata. Bermodalkan 797 obyek wisata, 774 situs dan cagar budaya tersebar di 23 kabupaten/kota di seluruh wilayah yang kerap disebut sebagai Serambi Mekkah. Angka diambil dari data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Kembali lagi, data menunjukkan betapa besar potensi pariwisata di Indonesia. Sehingga sektor ini bisa mencetak sebagai penyumbang devisa urutan kedua pada tahun 2017 di angka Rp 202 triliun. Kemudian meningkat sebanyak 12 persen dibandingkan tahun 2016.

Sadar akan kuatnya pariwisata dalam memberikan manfaat akan kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah menargetkan pariwisata menjadi core economy Indonesia dan penghasil devisa terbesar negara.

Pemerintah membangun berbagai program demi menyokong industri pariwisata. Antara lain pembangunan destinasi wisata baru, pembangunan proyek strategis nasional, dukungan terhadap pengembangan pariwisata di daerah, dan berbagai strategi pembangunan lainnya.

Aceh pun masuk di dalamnya, dengan  program "Aceh Hebat". Pemerintah Aceh komitmen memaksimalkan pengembangan pariwisata dalam 3 program unggulan, yaitu Aceh Kreatif, Aceh Kaya, dan Aceh Meuadab.

Destinasi Andalan di Aceh

Wisata andalan yang bisa ditemui antara lain Masjid Raya Baiturrahman mempunyai luas bangunan 1500m2, tinggi 35m. Bangunan memesona ini menggunakan arsitektur Mughal. Masjid raya ini dibangun ketika masa Kesultanan Iskandar Muda, yaitu tahun 1022H/1612 M.

Masjid Raya Baiturrahman


Ingat bencana tsunami yang telah melanda Aceh? Walau bencana alam merupakan kenangan pahit, tetapi di sana dibangun Museum Tsunami Aceh usai musibah. Selain berguna sebagai sarana edukasi, museum juga bisa menjadi tempat perlindungan bencana serupa.

Wisatawan berfoto dengan latar Rumoh Aceh


Sabang, kota paling Barat Indonesia terletak di Pulau Weh. Di sinilah titik nol (nol) Kilometer Indonesia. Ditandai dengan berdirinya Tugu Nol Kilometer. Pesona wisata baharinya sangat menggoda. Alam lautnya menarik perhatian para wisatawan menyelam demi mencari ratusan spesies ikan, biota laut, dan terumbu karang asli tumbuh secara alami, bukan hasil budidaya.

Titik Nol berada di Pulau Weh


Perkembangan Wisata Aceh Sekarang Ini

Selain memiliki banyak destinasi wisata Aceh, didukung keunggulan lainnya seperti ragam budaya unik, contohnya tarian. Yaitu, Tari Saman yang telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya tak benda dunia. Kemudian adat istiadat, sastra, seni lukis, sampai ke kegiatan spritual yang menjadi magnet untuk dunia internasional.

Tari Saman


Berdasarkan penjelasan dari Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah, MT, didapatkan data. Yaitu jumlah wisatawan berkunjung Aceh meningkat tiap tahun. Tahun 2018 di angka 2,5 juta wisatawan, naik kisaran 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2019 diproyeksikan mencapai 3 juta wisatawan.

Destinasi Wisata Aceh Kian Cerah

Berbagai objek wisata tumbuh subur, industri pendukung kepariwisataan juga kian menggembirakan. Hal itu membuktikan banyak kunjungan wisata yang terus berdatangan ke Aceh, terutama kunjungan dari wisatawan mancanegara (Wisman).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat, bulan Januari sampai September 2019, wisatawan terbanyak berasal dari Malaysia (12.609 orang), Jerman (1.001 orang), Amerika Serikat (824 orang), Tiongkok (708 orang), dan Inggris (524 orang).

Sektor pariwisata dalam rata-rata telah menyumbangkan kisaran 5 persen kepada PDRB Aceh. Memang jika dibandingkan sektor usaha lain, kontribusi pariwisata bertengger di urutan delapan. Namun pemerintah Aceh tetap optimis untuk meningkatkan hingga ke posisi empat besar. Sehingga sektor pariwisata bisa menjadi salah satu penyangga perekonomian di masa depan.

Destinasi Wisata Halal Diakui Dunia

"Terpilihnya Aceh sebagai "World's Best Halal Cultural Destination" kian mendorong kami untuk lebih bersemangat membenahi berbagai fasilitas wisata itu," tutur Iriansyah dalam kegiatan Forum Silahturahmi Aceh Meusapat II yang digelar di aula kantor Badan Penghubung Pemerintah Aceh, Jakarta Pusat, Sabtu (21/12/2019).

"Dengan demikian, wisata Aceh mampu meraih Peringkat terbaik pada Global Muslim Travel Index (GMTI) 2020." Tambah Iriansyah. (***)

Foto: disbudpar Aceh

Minggu, 15 Desember 2019

Kamu Wajib Tahu Hari Nusantara Nasional



“Pernah mendengar Hari Nusantara atau Hari Nusantara Nasional?” Pertanyaan ini saya coba ajukan ke beberapa orang. Dari orang tak dikenal sampai sahabat-sahabat saya. Istilahnya ingin membuat survei kecil-kecilan. Dan sekaligus memperkenalkan Hari Nusantara Nasional yang jatuh pada setiap 13 Desember.

Hasilnya lumayanlah, dari belasan responden secara acak ditanyakan, terdapat 3 orang yang pernah dengar. Tapi mereka hanya pernah mendengar saja tanpa mengetahui apa itu Hari Nusantara Nasional.

Mereka yang tidak tahu, malah bertanya balik ke saya. Langsung saya jawab dengan sotoy (sok tau) berbumbu gaya menggurui pas sedang pakai katamata hitam bergagang tebal pula. Padahal, saya juga baru tahu kemarin Senin (11/12/2019), gara-gara menghadiri diskusi media yang diselenggarakan oleh Forum Merdeka Barat 9 (FMB) yang diinisiasi oleh Kementrian Kominfo. Dengan slogannya “Informasi Akurat, Data Valid dan Narasumber Terpercaya.” Mantap, bukan? Kali ini FMB9 mengambil tajuk “Sudahkah di Atas Laut Kita Sejahtera?”

Ceritanya begini, dahulu kala pengakuan dunia terhadap wilayah Indonesia masih terpisah-pisah oleh lautan. Jadi kalau kalian keluar 3 mil dari garis pantai itu sudah bukan Indonesia. Istilahnya masuk ke area tak bertuan karena wilayah Indonesia masih mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939.

Pemerintah tidak bisa diam diri menghadapi kemelut yang memecah belah wilayah Indonesia. Sehingga tercapailah Deklarasi Djoeanda (atau Djuanda) yang dipimpin oleh Djoeanda Kartawidjaja sehingga bisa menyatukan negri kita. Yang kemudian diresmikan dalam UU No.4/PRP/1960 tentang perairan Indonesia menjadi penguat dasar konsepsi Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bermula dari Dekralasi Djuanda kemudian Konsepsi NKRI mulai diakui oleh dunia internasional.

Atas dasarnya pentingnya deklarasi ini, bisa dikatakan sebagai hari kemerdekaan kedua bagi NKRI. Melalui Kepres No. 126 tahun 2001, Presiden RI ke-V yaitu Megawati Soekarnoputri menetapkan 13 Desember sebagai Hari Nasional, Peringatan Hari Nusantara. Untuk selanjutnya dikukuhkan lagi dengan dasar hukum penyelenggaraan peringatan Harnus (Hari Nusantara) diterbitkan Kepmenko No. 173 Tahun 2019.


“Kita harus berterima kasih kepada para pendahulu kita, para pemimpin kita dalam hal ini adalah Djoeanda Kartawidjaya, beliau mempimpin Deklarasi Djuanda yang isinya memandang laut dan pulau sebagai pemersatu.” Tutur Asdep Bidang Olahraga dan Budaya Maritim Kemenko Maritim Kosmas Harefa pada saat menjelaskan sejarah deklarasi Djuanda.

Baik, sekarang kalian penasaran ‘kan, bagaimanakah keriaan perayaan Hari Nusantara Nasional 2019 yang diselenggarakan, seperti apa sajakah? Untuk tahun ini, perayaan puncak Harnus digelar pada 14 Desember 2019 di Pariaman, Sumatera Barat.

Tema besarnya adalah “Nusantaraku Berdaulat, Indonesiaku Maju.” 15 Kementrian terlibat demi menyelenggarakan perhelatan besar-besaran ini. Di mana terdapat acara menabuh gendang sepanjang 1 KM, yang akan masuk dalam rekor MURI-Tabuh Gendang Terpanjang.

Sekretaris Jenderal Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Sekjen KemenPUPR) Anita Firmanti Eko Susetyowati yang menjadi salah satu nara sumber di FMB9 memaparkan sejumlah program acara. Dimulai dari pembukaan, Minggu (8/12/2019) dengan acara Mancing Mania yang diikuti dengan 37 group peserta.

Lalu masih hari yang sama juga dilaksanakan Nusantara 5K dan 10K, melibatkan 43.000 peserta. Sedangkan pada Selasa (10/12/2019) mulai dibuka acara Nusantara Expo diikuti oleh pihak pusat serta daerah dengan total 84 booth.

Eits, jangan kalian kira perayaan ini hanya untuk senang-senang saja. Selanjutnya ada sejumlah kegiatan bakti sosial. Antara lain dalam bentuk pelayanan kesehatan, pemberian pendidikan tentang penyelamatan untuk para nelayan, dan aksi bersih-bersih serta penanaman mangrove. Selain itu Kementrian PUPR melakukan groundbreaking pasar di Pariaman yang sebelumnya terbakar serta ada pendatanganan prasasti untuk perbaikan pantai Gandoriah, diikuti pemberian ribuan bantuan untuk perbaikan rumah.


Dikuatkan dari narasumber selanjutnya Dirjen Penyediaan Perumahan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Khalawi AH memaparkan beberapa kegiatan pembangunan. Salah satunya penyaluran Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) untuk masyarakat kota Pariaman.

Mengingat mereka banyak yang belum memiliki rumah layak huni maka perlulah disalurkan bantuan ini. Total 1.000 unit rumah mendapat bantuan sebesar Rp17,5 juta. Dipecah Rp15juta untuk bahan material, sisanya untuk biaya jasa. Ditambah pembangunan penahan ombak di sekitar Pantai Gandoriah.

Narasumber selanjutnya, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan R. Agus H. Purnomo menceritakan tentang terpilihnya Indonesia menjadi anggota Dewan Organisasi Maritim Interasional (International Maritime Organization/IMO) KategoriC Periode 2020-2021 ”Dengan masuknya menjadi Dewan IMO, maka kita akan ikut sidang-sidang yang membahas seluruh kebijakan di bidang pelayaran internasional, kita ikut mewarnai di sana.”

“Termasuk juga bagaimana membangun dalam SDM pelayaran yang unggul. Banyak tenaga ahli di anggota IMO yang memberikan pandangan dalam rangka bagaimana SDM kita meningkat.” Tambah Purnomo.

Mengenai Sertifikasi untuk pelayan, Purnomo menambahkan bahwa ada program sertifikasi untuk para nelayan. Diharapkan pada 2020 seluruh kapal nelayan dan pelautnya dapat tersertifikasi. Oh ya, ini yang paling penting. Yaitu program sertifikasi tidak dipungut biaya.

Bagaimana? Hari Nusantara 2019 yang terdapat hiburan atraksi terjun payung dan paralayang oleh sejumlah prajurit TNI, patut berikan apresiasi? Bukan hanya perayaan semata tetapi juga diisi dengan kegiatan sosial dan pembangunan infrastuktur. Yaitu memperbaiki jalan ke seluruh lokasi wisata Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Manado-Bitung-Likupang.

Selamat Hari Nusantara ke-19, NKRI, negara kepulauan terbesar di dunia. (***)

#harnus2019

foto depan: dok. penulis

Jumat, 13 Desember 2019

Gunakan B30, Demi Menurunkan Impor Minyak Indonesia




"Permisi mas, apa SPBU di sini sudah menggunakan B30?" Tanya saya kepada petugas yang melayani saya pada saat mengisi BBM. "Sudah Mbak, itu ada spanduknya." Setelah proses pengisian BBM selesai, saya mendokumentasikan spanduk yang menginfomasikan bahwa SPBU ini sudah menjual Bio Solar B30 berdasarkan Kepmen No. 227K/10/MEN/2019 Tanggal 15 November 2019.

Mengingat Indonesia adalah  penghasil minyak sawit tertinggi di dunia. Sementara sekarang telah terjadi kampanye hitam Eropa terhadap industri sawit di tanah air. Waduh, ternyata yang hobi membuat kampanye hitam bukan orang Indonesia saja ya? Mendengar hal ini, membuat rasa nasionalisme saya memberontak, tidak terima hasil bumi Indonesia diperlakukan seperti ini.

Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa B20 sudah berjalan, nanti masuk ke B30, B50 bisa berjalan, artinya impor minyak akan turun drastis. Sehingga urusan neraca perdagangan, neraca transaksi berjalan kita-jadi lebih baik.
Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian Kasdi Subagyono berkomentar "Pengembangan biodiesel diharapkan meningkatkan permintaan minyak sawit di dalam negri dan mengurangi ketergantungan terhadap pasar luar negri. Kebijakan ini dilakukan dengan menjadikan minyak sawit sebagai campuran bahan bakar Solar."

Baiklah, agar sama-sama paham mengenai mengenai bio diesel. Nanti sudah ngalor ngidul kemana-mana, baru ada yang muncul di kolom komentar "B30 itu apa ya Mbak?" Yaoloh, sakitnya 'tuh di sini.

Penjelasan mengenai biodiesel dilansir dari laman litbang pertanian.go.id, bio diesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, turunan tumbuh-tumbuhan kebanyakan tumbuh di Indonesia seperti kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kemiri, kapok, nyamplung, kacang tanah dan masih banyak lagi tumbuh-tumbuhan yang dapat meproduksi Bahan Minyak Nabati (BBN).

Serta dalam penelitian ini bahan bakar berasal dari nabati, setelah mengalami berbagai proses seperti ektraksi, transesterifikasi kemudian memperoleh hasil metil ester (biodiesel), lalu biodiesel dicampur dengan bahan bakar solar.

Sedangkan B30 merupakan campuran 30 % biodiesel dengan bahan sawit dan 70 % minyak solar. Sebenarnya mesin diesel secara teknis dapat menggunakan 100% biodisiesel tanpa modifikasi.

Sebelumnya saya sudah pernah mewawancara pengguna B20, beberapa pengemudi truk mengenai performa pengaruh bio diesel terhadap mesin kendaraannya. Maaf, saya lupa tanya nama. Justru saya yakin, si mas-mas justru hafal nama saya.

Menurut mereka, yang terlupakan namanya tapi saya ingat kendaraan mereka, bio diesel tidak berpengaruh secara signifikan, sama saja. Kendaraan mereka gunakan bertujuan untuk bekerja sehingga cenderung mengalami pemakaian lebih lama. Oleh karena itu diperlukan perawatan ekstra yaitu, lebih sering mengganti filter BBMnya.

Saya mencoba bertanya kepada salah satu pemilik bengkel di bilangan Jakarta. Apakah semakin banyak kendaraan bermesin diesel di sini yang servis untuk mengganti filter BBM mereka, semenjak peraturan penggunaan bio diesel diberlakukan? Ternyata tidak ada peningkatan sama sekali jawabnya. Tapi dia juga menambahkan bengkelnya tidak banyak menservis kendaraan bermesin diesel.
Para narasumber beserta moderator (dok. penulis)

Dalam acara Diskusi Media yang diselenggarakan oleh Forum Merdeka Barat Sembilan yang diinisiasi dan dikontrol oleh ditjen IKP Kementrian Kominfo pada Senin (9/12/2019) bertempat di ruang serbaguna mereka. Membahas mengenai B30. Tepatnya bertajuk "Diskriminasi Kelapa Sawit, B30 Siap Meluncur." Sebagai WNI yang baik, saya penasaran, apa saja jurus-jurus yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk melawan kampanye hitam ini? Ayo kita kita simak.

Dihadiri oleh 3 nara sumber kompeten di bidang sesuai tema yang dibahas. Pertama Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud menegaskan bahwa kelapa sawit membuat deforestisasi seperti yang telah dituduhkan oleh negara-negara luar terutama Uni Eropa. "Bahkan menurut riset di dalam mau pun luar negri, kelapa sawit yang dimanfaatkan dari hutan tidak lebih dari 5%," tutur Musdhalifah.

"Dan lainnya memanfaatkan lahan-lahan yang sudah dikelola dan kemudian menjadi marginal dan ditanami produk kelapa sawit yang bisa memberikan nilai tambah yang baik dan meningkatkan lapangan-lapangan kerja." Tambah Musdhalifah.

Kemudian narasumber kedua, Direktorat Bioenergi Kementrian ESDM Andriah Feby Misna memaparkan mereka telah melakukan road test dimulai dari bulan Mei - November 2019 untuk kendaraan di bawah 3,5 ton dan di atas 3,5 ton. Manufakturnya antara lain Toyota, Mitsubishi, Nissan, Isuzu, United Tractor, dan DFSK.

Road test ini bertujuan mencari  pengaruh B30 terhadap kinerja mesin, pelumas dan emisi yang ditimbulkan. Secara garis besar hasil menunjukkan baik. Sehingga bisa ditarik kesimpulan, bisa melanjutkan penggunaan B30.

Bahkan berdasarkan road test ini, untuk beberapa kendaraan di bawah 3,5 ton daya atau power mesinnya mengalami peningkatan. Walau mengalami peningkatan konsumsi bahan bakar. Untuk masalah penggantian filter BBM hanya mengalami peningkatan di KM tertentu dan kembali normal setelah melewati KM tersebut pada kendaraan baru.

Lalu narasumber ketiga, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian Dedi Djunaedi memaparkan Program Peremajaan Sawit menjamin pemasokan dan peningkatan produktivitas serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Penggunaan biodiesel merupakan salah salah satu jurus pamungkas agar Indonesia mampu keluar dari jeratan defisit transaksi berjalan, kasarnya mengurangi impor minyak. Jadi jangan memusuhi kelapa sawit Indonesia. Yang dimusuhi itu oknum-oknum yang melakukan pengrusakan lingkungan demi mengejar duit, lagi lagi duit. 

Jadi bagaimana, sudah siap membantu pemerintah melawan kampanye hitam dari negara-negara Eropa dengan menggunakan produk Sawit Indonesia? (***)

Minggu, 08 Desember 2019

Tua itu Pasti, Bahagia itu Pilihan; Berusaha Bahagia di Masa Tua itu Kewajiban


Sudah lumrah jika manusia mengalami masa tua dan perubahan fisik. Sewaktu muda badan bugar selalu tapi di usia tua fisiknya menjadi loyo, rentan berpenyakit dan tidak setangguh sebelumnya. Apalagi bagi saya, usia tua berarti fisik saya sudah tak semenarik saat ini, pasti jadi kekhawatiran tersendiri. Tapi yang paling membuat khawatir adalah apakah saya mampu menikmati hari tua saya dalam keadaan sehat dan bahagia. Padahal, di usia tua itu kita mau menikmati masa-masa berkumpul dengan anak dan cucu, melihat setiap detail perkembangan mereka.

Di masa tua, kebutuhan akan kesehatan adalah yang utama. Selain itu, kebutuhan sanitasi dan kenyamanan tempat tinggal juga sangatlah penting. Saya teringat tante saya anggaplah bernama A yang sudah berusia 70 tahun yang sudah lama ditinggal mati suaminya, hanya punya anak satu-satunya, itupun sudah meninggal sebelum sempat berkeluarga. Almarhum suami tante A adalah seorang pegawai di salah satu perusahaan BUMN dan memiliki jabatan terakhir biasa-biasa saja. 

Tante A pun kini tinggal berpindah-pindah kadang di rumah kakaknya, tak jarang juga di rumah adiknya, tergantung siapa yang sedang ingin merawatnya. Untuk biaya hidup setiap bulan, kakak dan adik tante A bergantian menutupi. Tapi yang namanya uang pasti semua orang butuh. Tek heran jika ada saat ketika kakak dan adik tante A merasa terbebani juga dengan pengeluaran yang cukup besar untuk perawatan manusia yang sudah mulai termakan usia, tentunya semakin ringkih.

Dia mengikuti asuransi kesehatan tapi tak menutupi semua kebutuhan perawatannya ketika sakit, apalagi untuk obat-obatan. Sebenarnya ia mempunyai rumah peninggalan dari alm. suami, sayangnya rumah itu sudah lapuk dan tak terurus. Untuk menjual rumah saja, Tante A tentu harus merenovasi rumah itu terlebih dulu. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan biaya tidak sedikit. 

Tak tega rasanya melihat tante A di hari tuanya. Seperti maju kena-mundur pun kena. Saya teringat pernah menghadiri launching acara asuransi Sequis Life beberapa bulan lalu. Jadi mencoba mencari tahu apakah ada asuransi untuk mengatasi masalah yang dialami Tante A kepada salah seorang teman yang mengerti asuransi ini. Lalu diinfokan olehnya mengenai Asuransi Retirement Plan dari Sequislife.  Menurut temanku, Asuransi retirement plan ini menjamin kebutuhan di hari tua kita seperti punya dana pensiun sendiri.

Dan kelebihan dari asuransi ini yaitu Uang Pertanggungan (UP) akan diberikan kepada pihak Tertanggung kalau Tertanggung meninggal dunia sebelum masa pensiun ataupun sesudah masa pensiun. Kita pun bisa memilih jenis-jenis plan asuransi sesuai kebutuhan.  Selain itu, ada juga Death Terminal Bonus yang akan dibayarkan ke pihak tertanggung sampai dengan 100% Uang Pertanggungan.

Lalu, ada manfaat pensiun 100% dari uang pertanggungan yang akan dibayarkan ke tertanggung kalau ia bertahan hidup di akhir tahun Polis. Kemudian, Uang pertanggungan akan dibayarkan di masa jatuh tempo saat si tertanggung berusia 100 tahun atau dinamakan Manfaat Jatuh Tempo. Asuransi ini bisa dikombinasikan dengan asuransi lainnya.

Satu lagi, program asuransi ini punya Nilai Tunai, Masa Keleluasaan, Pinjaman Polis Otomatis, Pemulihan Polis, dan banyak lagi fasilitas lain yang bisa dinikmati nasabahnya. Mereka yang mau mendaftar asuransi ini berusia mulai dari 1 bulan sampai 60 tahun, dan polis berlaku hingga nasabah berusia 100 tahun.

Teman saya pun memberikan link untuk mencari berbagai informasi mengenai asuransi ini yaitu di https://www.sequis.co.id/id/asuransi-jiwa/individu/dana-pensiun/Asuransi-Retirement-Life-Plan atau homepage https://www.sequis.co.id.

Hal ini merupakan suatu yang menarik dan bermanfaat buat saya. Sehingga perlu untuk diinfokan kepada yang lain. Saya pun perlu jaminan hari tua seperti ini. Agar ada kepastian hidup saya di masa tua saya. Karena menjadi tua itu pasti, tapi menjadi bahagia adalah pilihan. (***)

Senin, 02 Desember 2019

Yura Yunita Mengadakan Workshop untuk Kaum Disabilitas

(ki: Yura Yunita ka: Bunda Galih)





Baru pertama kalinya saya melihat penampilan langsung dari seorang Yura penyanyi Merakit didampingin seorang praktisi bahasa isyarat, Bunda Galuh yang sedang melakukan bahasa isyarat sastra. Hal ini berlangsung dalam konferensi pers dalam rangka mempromosikan “Merakit Ruang Kolaborasi”. Mereka berdua berkolaborasi dalam rangkaian nada disertai gerakan isyarat.

Berhubung pada tanggal 3 Desember 2019 dirayakan sebagai hari disabilitas internasional. Yura mengajak teman-teman disabilitas untuk mengikuti workshop yang diselenggarakan selama dua hari. Pertama,  15/12/2019, musik perkusi untuk teman tuli, memasak, bahasa isyarat dan workshop kecantikan. Kedua, 20/12/2019, fotografi dan videografi.

Workshop ini ditangani oleh para praktisi sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Seperti Touch and Play (perkusi), Parti Gastronomi (memasak), dan Raditya Bramantya (videografi). Workshop ini bisa diikuti oleh teman-teman disabilitas dengan cara mendaftar mulai dari tanggal 3/12/2019. Infonya disebarkan melalui akun media sosial Yura Yunita juga beberapa komunitas disabilitas di Indonesia. Acara ini merupakan kolaborasi antara Yura, Wardah, British Council, dan Mbloc Space.

Konferensi Pers di MBloc Space, Jakarta (2/12/2019)
Berangkat dari pengalaman Yura yang terinpirasi oleh teman-teman disabilitas yang tidak pernah menyerah melawan batasan-batasan mereka. Bahkan pada saat Yura mengalami saat-saat terberat dalam hidupnya, dia melihat mereka dan merasa tertampar. Momen itu terjadi pada tahun lalu yang menginspirasi dia mencipta lagu Merakit.


Setelah bisa bangkit, Yura mengajak mereka para penolongnya, teman-teman disabilitas untuk mengisi rekaman bagian koor. Bahkan dalam video musik dimana Yura bekerja sama dengan Raditya Bramantya, sutradara asal Yogyakarta. Dalam video ini menerjemahkan cerita dan kata-kata menjadi suatu rangkaian gambar yang memberikan semangat, kekuatan, dan memunculkan pesan bahwa Kita semua mempunyai kurang dan lebih. Tapi, keterbatasan jangan menjadi halangan untuk terus merakit mimpi. (***)

dokumentasi : penulis