Jumat, 27 September 2019

Penanganan Bencana Karhutla yang Melanda Hampir Seluruh Indonesia



Karhutla atau kebakaran hutan dan lahan kembali melanda Indonesia kembali yang menyebabkan kabut asap di beberapa provinsi seperti di Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Senin (23/9/2019) telah digelar diskusi media Forum Merdeka Barat 9 untuk mengupas penanganan Karhutla, mengambil tema “Tanggap Bencana Karhutla” di Gedung Kemeninfo, Jakarta Pusat.

Dihadiri oleh para nara sumber sebagai berikut:
Bernardus Wisnu, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB
Rasio Ridho Sani, Dirjen Penegakan Hukum Kementrian LHK
Apani Safarudin, Asisten Pemerintah, Kesejahteraan Rakyat (Asisten I) Pemerintah Provinsi Jambi
Yudi Anantasena, Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT

Berdasarkan data SiPongi – (Karhutla Monitoring System) dengan Tajuk “Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Per Provinsi di Indonesia Tahun 2014-2019” tampak kebakaran hutan atau lahan terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Hanya Jakarta dan Banten yang tidak. Data ini bisa dibuka pada laman www.sipongi.menlhk.go.id

Data tersebut menunjukkan luas area karhutla tahun 2019 mengalami penurunan signifikan dibandingkan pada tahun 2018. Data menunjukkan, tahun 2018 adalah seluas 510.564,21 Ha. Sedangkan tahun 2019, luas area terbakar 328.772,00 Ha.

Upaya pemerintah dengan berbagai cara untuk menangani bencana Karhutla sudah banyak dilakukan dan menunjukkan hasilnya. Cara penangannya terbagi 4, yaitu:
1.Monitoring dan pelaporan setiap hari
  • Melakukan pemantauan Titik Panas (Hotspot), Jarak Pandang, Kualitas Udara dan keberadaan asap setiap hari
  • Melaporkan dan briefing setiap hari
2.Melakukan pemadaman kebakaran
  • Pemadaman darat
  • Pemadaman udara : Water bombing dan Patroli Udara
  • Melakukan hujan buatan (TMC)
3.Penegakkan Hukum
4.Sosialisasi dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan bahaya dan resiko membakar hutan dan lahan.

Tampak data SiPongi menunjukkan luasan titik api berkurang. Bahkan sudah mulai turun hujan di beberapa daerah.

Apa penyebab dari Karhutla ini, dari manusiakah atau ada faktor lainnya. Jika memang dari manusia yang memicu. Apakah alasan mereka?  Adakah inovasi yang dilakukan agar hutan dan lahan tidak dibakar? Silahkan disimak vlog reportase saya berikut ini.

Kamis, 19 September 2019

Sudah Dilarang oleh Badan POM, Mengapa Bisa Beredar Kembali?


Para nara sumber acara "Peningkatan Perlindungan Masyarakat serta Daya Saing Obat dan Makanan"
Nomor dari Badan POM yang tertera di kemasan produk, saya masukan ke laman http://cekbpom.pom.go.id/index.php/home/produk/czF0MTI2dnM4YW11dXBqbzIyMm1nM2c2czBtcDZ3M2I=/top  untuk mengecek keaslian. Berhubung saya baru membeli kosmetik dengan harga miring. Sempat hasil tidak masuk dalam daftar, membuat saya kesal. Walau barang murah dan bagus, kalau tidak masuk dalam daftar Badan POM, lebih baik dibuang saja. Takut kulit wajah terkena dampak yang aneh-aneh.

Karena masih penasaran, akhirnya saya mencoba dengan memasukkan nama produk. Syukurlah, barang ini muncul dalam daftar Badan POM RI. Jadi hatipun tenang untuk memakai kosmetik produk Indonesia yang dimanufaktur di Cina.

Untuk kosmetik saya tidak bisa sembarangan, bahkan dahulu harus memakai produk yang mahalnya minta ampun. Bisa setengah gaji untuk membeli satu produk. Karena mempunyai pola pikir, harga mahal adalah jaminan mutu. Sekaligus korban iklan. Tapi sekarang tidak semudah itu saya terpedaya. Justru sekarang sedang hobi mencoba produk yang murah apalagi dari Indonesia.

Mengapa kode POM yang tercetak di kemasan produk tetap saya cek? Usai mengikuti acara bertema Peningkatan Perlindungan Masyarakat serta Daya Saing Obat dan Makanan di Gedung Serba Guna Kemeninfo, Medan Merdeka Barat, Jakarta pada hari Senin (16/09/2019). Saya mendapat pengetahuan baru, yang penting untuk kesehatan yang bermuara dari makanan.

Dengan nara sumber  sebagai berikut:
  1. Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP, Kepala Badan POM RI
  2. Adhi Lukman, Ketua Umum GAPMMI
  3. Dede Yusuf, Ketua Komisi IX DPR
  4. Kuwat Sri Hudoyono, Staff Ahli Bidang Hukum Kesehatan


  1. Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP, Kepala Badan POM
Perdagangan berbasis daring memudah mendapatkan kosmetik di media sosial. “Di instagram saya itu kebanyakan orang meminta endorse. Pemutihlah, Pemanjanglah, ” canda Dede Jusuf, Ketua Komisi IX DPR. “Anehnya ternyata 50 % dari produk yang diendorse oleh  artis atau influncer tersebut, ternyata adalah produk ilegal dan berbahaya setelah diperiksa.” Lanjutnya. Waduh, ngeri dan prihatin mendengar hal ini, bukan?

Nah, badan yang berhak untuk mengawasi peredaran kosmetik adalah Badan POM. Selain itu makanan dan obat-obatan masuk dalam wilayah pengawasan. Badan ini mengurusi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki kondisi geografis beragam. Karena produk berbahaya atau ilegal bisa menjangkau sampai ke desa-desa. Guna menanggulangi masalah masyarakat terpapar produk yang merusak kesehatan. Seperti biasa menyesal datang belakangan. Kalau duluan, itu namanya pendaftaran.

Bahkan pernah ada kejadian sebutlah namanya obat A. Dijual dengan harga Rp30.000. Sudah ada ijin bahkan ada penelitian terlebih dahulu. Sampai perusahaan ini membuka pabrik di Indonesia. Produk terjamin dan terbukti berkhasiat.

Suatu hari muncul produk palsu A yang dijual dengan harga Rp10.000 dengan pabrik di Tangerang. Bahkan apotek-apotek juga menjualnya. Efek kemudian, obat asli tidak laku, sampai pabrik tutup setelah perusahaan tersebut berinvestasi dengan angka berjumlah yang tidak sedikit.

Lanjut cerita, Deputi penindak dari Badan POM menemukan produk palsu ini. Lalu, menyatakan dilarang beredar.  Eh, dua minggu kemudian dijual bebas kembali. “Kami mencecar (hal ini)”, kata Dede. Diberikan jawaban, Badan POM tidak mempunyai payung hukum yang kuat. Miris bukan, mendengar hal ini? “Jadi, RUU pengawasan ini mendesak.” tegas Dede.

“Pertama kali badan POM memiliki payung khusus untuk organisasi,” jelas Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP, Kepala Badan POM. Berdasarkan Inpres No. 3 tahun 2017, Badan POM sebagai koordinator.

Barulah didapatkan pada tahun 2018, selama 17 tahun berdiri. Deputi-deputi penindakan serta unit-unit lainnya muncul untuk mendukung proses penindakan, tambah Penny.

Sekarang yang sangat dibutuhkan adalah peran Badan POM diperkuat, atau penguatan kelembagaan. Karena selama ini jika melakukan penindakan harus didampingi oleh polisi.” "Beda jika Bea Cukai atau pun Badan Narkotika Nasional melakukan penindakan”, keluh Penny.

Kesehatan adalah suatu hal yang penting, sementara program pemerintah adalah meningkatkan kualitas SDM. Untuk peningkatannya tentu didasari dengan kesehatan prima. Kesehatan tidak didapat secara cuma-cuma. Tetapi harus mempunyai pola hidup baik dengan makanan yang sehat dan berkualitas. Sementara yang bertugas mengawasi peredaran makanan adalah Badan POM.

Percuma saja, sudah rajin olah raga, mengkonsumsi produk yang sehat ternyata sehatnya hanya di kemasan. Seseorang terkena penyakit tidak secara langsung, jika disebabkan oleh makanan. Baru terasa akibatnya setelah mengkonsumsi beberapa tahun kemudian.

Menurut penjelasan dari Kuwat Sri Hudoyono, Staff Ahli Bidang Hukum Kesehatan, jika dilihat data penyakit di Indonesia disebabkan oleh makanan atau pola hidup tidak sehat. Maka dia mendukung pentingnya penguatan Badan POM ini untuk mengawasi peredaran makanan dan obat di Indonesia.

Sedangkan dari Adhi Lukman, Ketua Umum GAPMMI mengemukakan bahwa perlunya percepatan sertifikasi produk. Walau dia menyadari jumlah pegawai Badan POM begitu terbatas untuk menangani berbagai masalah peredaran produk legal dan berbahaya di Indoesia.
 
Mengenai percepatan sertifikasi produk, sebenarnya pemerintah sudah memangkas berbagai birokrasi untuk memudahkan masyarakat. Bahkan sedang menghilangkan stigma bahwa mendaftar ke Badan POM itu sulit atau mahal. Penny menjelaskan, hal ini disebabkan kurangnya informasi kepada masyarakat. Untuk mengatasi hal ini dibentuklah Satuan Tugas (Satgas), agar komunikasi makin terbuka.

Bahkan sekarang sudah ada penerapan teknologi informasi untuk e-registrasi dan e-sertifikasi. Bisa dikatakan era digitalisasi dalam pengawasan. Bahkan konsumen juga bisa merasakan perubahan ini. Contohnya pemasangan QR code, walau masih dimulai dari obat. Justru produk yang akan diekspor memang dibutuhkan pencantuman QR-code.

Bagaimana, pernahkah kalian memeriksa kode Badan POM produk yang dibeli? Atau cek keaslian produk? Hanya dengan sentuhan jari di smart phone untuk menjadikan manusia “smart” akan kesehatan. (***)

#obatdanmakananaman #fmb9

Minggu, 15 September 2019

Vlog Tentang Asuransi Raksa Online

Berawal mau meningkatkan ilmu ber-vlog. Saya mendaftar untuk mengikuti Kelas Blogger yang bekerja sama dengan Asuransi Raksa.
Ternyata tidak hanya tenatng vlog saja yang saya dapatkan. Tetapi ada ilmu mengenai pengelolaan keuangan. Selanjutnya para peserta dikenalnya berbagai keuntungan menggunakan Asuransi Raksa Online.

Salah satunya jika pemilik polis Asuransi ini mendadak mengalami mobil mogok di jalan. Mereka menyediakan mobil derek. Dereknya pun bertipe menggendong, bukan ditarik. Lalu ada juga layanan jika melayani mogok karena aki mobil mati. Pihak Raksa Online bisa diminta untuk membeli aki mobil tersebut. Asyik, bukan?

Keunggulan lainnya silahkan cek video berikut.


_Terima kasih_



Jumat, 06 September 2019

Berani Anggap Remeh Penyakit Ini Setelah Melihat Korbannya?

dr Erna Mulati MSc, dr Windra Wawaoruntu, Bayu Oktara, dr. Madeline Ramdhani Jasin, Sp. A, Seline Patta Sumbung (dok. Rahab Ganendra) 


Fakta mencengangkan ini baru saya ketahui, ketika menghadiri suatu acara yang dipersembahkan Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) Partner of Save Children, didukung oleh KBR dan Power FM 89,2. Untuk meluncurkan kampanye nasional mengenai kesehatan, yaitu "Stop Pneumonia" pada anak, hari Minggu (18/8/2019) di lapangan Fatahillah Kota Tua, Jakarta.

Sekaligus merayakan 100 tahun Save The Children. Kampanye yang rencananya akan dilaksanakan dalam kurun waktu 3 tahun, bertajuk Merdeka dari Pneumonia pada Anak.

Dibuka dengan Tarian Cokek secara massal di lapangan, nan memesona dengan penari berpakaian daerah dimodifikasi dengan aksesoris modern. Contohnya berkebaya dengan sepatu boot. Acara disiarkan secara langsung melalui Radio Power FM serta live streaming di Fan Page Kantor Berita Radio KBR dan You Tube kanal Stop Pneumonia Campaign Indonesia.
Tari Cokek (dok. penulis)
"Pneumonia adalah penyebab kematian anak nomor satu di dunia yang membunuh satu juta anak tiap tahunnya."
Hal ini ditegaskan oleh dr. Windra Waworuntu, M. Kes. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular P2PM Kementerian Kesehatan R. dengan mengatakan, "Pneumonia penyebab kematian anak nomor satu di dunia. Kalau di Indonesia, penyebab kematian nomor 2 setelah diare."

Menurut John Hopkins University dan Save The Children, setiap menit, dua anak meninggal dunia karena pneumonia. Jika tidak dicegah, pneumonia akan membunuh 11 juta anak di tahun 2030. Oleh karena itu, sangat penting sosialisasi pencegahan pneumonia diadakan di Indonesia.

Pertama kali saya mendengar penyakit ini, hal pertama yang terlintas adalah Stan Lee, penulis komik dan pencipta Marvel Comics. Dia meninggal di usia 95 tahun karena pneumonia. Hal ini makin menambah daftar korban keganasan penyakit, penyebab 15 % dari semua angka kematian balita diambil dari data World Health Organization (WHO).

Apa itu pneumonia? Pneumonia merupakan kondisi jaringan paru-paru terendam cairan atau mengalami peradangan yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun jamur.  Rata-rata orang awam menganggap pneumonia adalah sama dengan paru-paru basah atau juga TBC. Apakah Anda berpikir seperti itu? Kalau iya, mari kita tos. 

Ya, saya juga mengira istilah penyakit ini adalah hal yang sama. Padahal paru-paru basah itu tidak ada terminologinya dalam kedokteran. Tapi bila dijelaskan secara awam, paru-paru basah terjadi karena terendam cairan yang bisa disebabkan oleh pneumonia atau TBC. Bisa ditarik kesimpulan,  bahwa paru-paru basah belum tentu pneunomia, dan TBC bukanlah pneumonia.

Saya mengetahui hal ini ketika bertanya kepada teman yang dahulu berprofesi sebagai perawat. Dia memiliki kenalan yang menderita penyakit paru-paru basah. Ujarnya, ada teman kami yang dahulu pernah menderita penyakit ini ketika duduk di bangku SMP. Barulah saya bertanya, dia pneumonianya sembuh sejak kapan, langsung dijawab bahwa pneumonia beda. Owalah, saya salah alamat. Untung belum sempat bertanya-tanya kepada sang teman.

Gejala awal pneumonia yaitu penderita mengalami batuk berdahak, flu, demam tinggi disertai sesak nafas. Bagaimana cara melihat sesak pada anak? Yaitu dengan menghitung ritme nafas dengan hitungan waktu per menit. Terlihat dalam kurun waktu ini terdapat cekungan di dinding dada penderita ketika napasnya tersengal-sengal. Tetapi hal ini tidak berlaku jika anak berbadan gemuk. Jika melihat gejala ini, segeralah membawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

dok. penulis lisa moningka
Cara dokter mendiagnosis pneumonia dilansir dari hellosehat.com, antara lain:
Rontgen dada. Dengan menggunakan Sinar X, bagian paru-paru yang terkena penyakit ini akan terlihat
Tes Darah. Tindakan ini berguna untuk mengetahui tipe virus atau bakteri penyebab penyakit
Tes Dahak. Virus atau bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan ini akan terlihat pada dahak.
Periksa Kadar Oksigen Darah. Berguna untuk mengetahui seberapa banyak oksigen yang masuk dalam darah. Karena penyakit ini bisa menyebabkan oksigen tidak bisa masuk ke dalam darah.

Dalam acara kampanye, kami diajarkan berbagai hal mengenai pneumonia, dengan para nara sumber kompeten, tapi dari kalangan non medis juga turut serta, berikut daftar nama mereka:
  • Selina Patta Sumbung – Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The Children
  • dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A – Ikatan Dokter Anak Indonesia
  • dr. Erna Mulati MSc. CMFM – Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI
  • dr. Windra Waworuntu – M. Kes Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular P2PM Kementerian Kesehatan RI
  • Bayu Oktara – Seniman dan seorang ayah
Oleh mereka, para peserta diajarkan tagline dari Save the Children yaitu "Stop Pneumonia" yang mempunyai akronim berikut:
S : aSi eksklusif 6 bulan, tambahkan dengan MPASI hingga 2 tahun
T : Tuntaskan imunisasi
O : Obati anak jika sakit ke faskes terdekat
P : Pastikan kecukupan gizi anak

Rangkaian acara kampanye selanjutnya, turut mengundang narasumber dari daerah, yaitu Bandung dan Sumba Barat. Pertama-tama dr. Farah Diba, SpA, sekdis kesehatan Kab. Bandung. dr. Farah memaparkan pneumonia selalu diasumsikan sebagai TBC. Pemerintah sering melakukan upaya pencegahan pneumonia, salah satunya dari posyandu.

Kabupaten Bandung memiliki 4000 lebih posyandu, yang adalah tempat berkumpul balita dan ibu. Di sini mereka mendapatkan informasi mengenai kesehatan. Pemerintah berkampanye mengenai imunisasi dasar dan pemberian ASI eksklusif. Bahkan di kabupaten Bandung terdapat desa ASI, tambah dr. Farah. ASI eksklusif adalah cara membuat pertahanan pertama anak terhadap penyakit Pneumonia baru dibentengi dengan imunisasi.

Selanjutnya Silvester Nusa dari Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) menceritakan kondisi Sumba Barat. NTT adalah daerah tertinggi yang terkena pneunomia. Pada Tahun 2018 berdasarkan hasil temuan di semua puskesmas paruh Desember, bayi  di bawah usia 1 tahun terdapat 91 kasus. Sedangkan korban dengan rentang usia 1 sampai dengan 5 tahun di angka 107 kasus.

Salah satu penyebab pneumonia di daerah disebabkan budaya masyarakat, contohnya konstruksi rumah. Asap dapur sulit keluar dari rumah karena bentuk bangunan. Ditambah sulitnya akses keluarga terhadap air bersih dan tidak memiliki sanitasi yang baik.

Pemahaman mereka juga sangat rendah mengenai masalah kesehatan, sehingga masih dibutuhkan sosialisasi lebih banyak secara gencar. Salah satunya, dinas kesehatan pada bulan Maret yang lalu bekerja sama dengan para pemuka agama dan aliran kepercayaan untuk edukasi. Selanjutnya mereka menyampaikan kepada masyarakat mengenai pentingnya cara hidup sehat.

Peran seorang ayah sebagai kepala keluarga, juga sangatlah penting untuk mencegah pneumonia. Oleh karena itu mereka mengundang Bayu Oktara notabene adalah seorang ayah yang "baru". Diberikan olehnya berbagai tips untuk menyenangkan istri. Salah satunya dengan memberikan pijatan-pijatan atau pun perhatian yang membuat istri bahagia. Hal ini akan membantu melancarkan ASI untuk anak-anak mereka. 

Bayu selalu berusaha untuk menemani istri ke rumah sakit ketika anak sakit. Suami juga berperan untuk mengingatkan istri, agar anak mendapatkan imunisasi lengkap. Sampai di tahap memastikan agar sang buah hati mendapatkan gizi lengkap, sehingga tumbuh kembang sesuai dengan tahapan.

Fakta juga menunjukkan ayah bisa menjadi penyebab anak menjadi penderita pneumonia ataupun penyakit lainnya, jika dia merokok. Saudara saya langsung berhenti merokok setelah mempunyai anak. Dia baru mengetahui bahwa, walaupun dia tidak merokok di depan anak. Akan tetapi asap yang melekat pada pakaian atau pada badan bisa menyebabkan sang anak sakit. Untung dokter langsung memberikan edukasi kepada calon ayah.
Data mengenai pneumonia (dok. penulis lisa moningka)

Polusi udara makin mengkhawatirkan, khususnya di kota Jakarta, bisa menyebabkan anak terkena pneumonia. Data Unicef menunjukkan setengah dari kematian anak akibat pneumonia berkaitan dengan polusi udara. Ya, bila orang tua tidak segera menyadari tanda-tanda sang anak terkena pneumonia bisa berakibat fatal, yaitu KEMATIAN.

Saya juga baru mengetahui kalau di Jakarta Utara sudah jatuh korban hingga meninggal dengan kondisi lingkungan asap rokok. Walau bukan di lingkungan rumah melainkan di tempat di mana anak tersebut dititipkan ketika orang tua bekerja. Memang tidak sepenuhnya disalahkan asap rokok, karena tidak dijelaskan apakah orang tua telah memberikan ASI eksklusif selama minimal 6 bulan. Sudahkah mengimunisasi anak secara lengkap? Bagaimana asupan gizi yang diberikan kepada anak?

Intinya menyedihkan ketika harus kehilangan nyawa sang buah hati. Hidup di kota yang fasilitas kesehatannya jauh lebih lengkap, dibandingkan di daerah-daerah yang terpencil. Bukanlah jaminan akan terhindar dari penyakit yang menyebabkan 15 % kematian dari semua angka kematian balita, berdasarkan data World Health Organization (WHO).

Jadi saya merasa penting untuk membagikan kampanye STOP Pneumonia ini seluas-luasnya. Bagaimana menurut Anda, maukah ikut peduli akan kesehatan para calon penerus bangsa? (***)

Untuk detail kampanye STOP Pneumonia bisa cek di laman http://stoppneumonia.id/



StopPneumonia #WhateverItTakes #BerpihakPadaAnak