Takjub, Melihat Pameran Lukisan Seniman Berkebutuhan Khusus
“Congratulation, its
yours, fifteen million rupiah, thank you” cetus Deborah Iskandar dari ISA
Management pada saat membawakan acara lelang lukisan dan koper karya seniman
Outsider Artpreneur. Diiringi tepuk tangan para undangan.
Selasa (27/08/2019), di Ciputra Artpreneur Jakarta diadakan pembukaan
pameran seni “Outsider Artpreneur” yang digelar pada 27 Agustus 2019 – 8
September 2019, pukul 12.00 – 20.00 WIB di Galeri Ciputra Artpreneur. Pameran
yang diselenggarakan berkat kerjasama Ciputra Artpreneur dan Komunitas Kapal Cinta,
terbuka untuk umum mulai tanggal 28 Agustus 2019 dan tanpa dipungut biaya.
Outsider Artpreneur 2019 mengambil tema Pasung Kapal Lepas,
memamerkan hasil karya seni 9 seniman berkebutuhan khusus. Yaitu, Anfield Wibowo
(lahir: 2004), Aqillurachman Prabowo (2004), Audrey Angesti (2002), Bima
Ariasena Adisoma (1988), Daya Olivia Korompis (1979), Dwi Putro (1963), Hana
Madness (1992), Oliver Adivarman Wihardja (2001) dan Raynaldy Halim (1997).
![]() |
Para seniman beserta pendamping mereka dan para tokoh pendukung Outsider Artpreneur |
Untuk penyelenggaraan tahun pertamanya dimentori oleh Hanafi,
seniman abstrak dan kontemporer Indonesia terkemuka. Sekaligus berkolaborasi dengan
mereka. Untuk menghasilkan karya bertajuk Kapal Cinta Outsider Artpreneur. Terdapat
total 100 hasil karya dipamerkan dan dikuratori oleh Jean Couteau.
Outsider Artpreneur merupakan sebuah pameran seni yang
didedikasikan untuk para seniman yang memiliki kebutuhan khusus. Penyelenggaraan
di tahun 2019 ini merupakan tonggak awal, diharapkan menjelma menjadi sebuah
gerakan yang digelar secara rutin di Galeri Ciputra Artpreneur menurut Rina
Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur Ciputra Artpreneur.
Tujuan dari penyelenggaraan pameran ini salah satunya untuk
meningkatkan kemampuan orang-orang berkebutuhan khusus dalam hal mental dan
penguasaan seni. Selain itu, Outsider Artpreneur juga diharapkan mampu
meningkatkan kapabilitas para seniman ini.
Pemerintah juga mendukung kegiatan Outsider Artpreneur 2019.
Menurut Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan, bahwa Presiden Jokowi pada peringatan Hari Disabilitas Internasional akhir
tahun lalu menyatakan bahwa diperlukan suatu wadah bagi para seniman difabel
untuk berkarya menunjukkan prestasi mereka kepada publik. Pernyataan ini
mengingatkan saya ketika menghadiri perhelatan kelas internasional, Asian Para Games
2018 yang lalu, terlihat pemerintah sekarang memang lebih memperhatikan kaum
difabel.
Outsider Artpreneur 2019 merupakan salah satu kegiatan yang
menjawab kebutuhan ini, menurut Muhadjir. Saat ini ada sebuah cara pandang lain
dalam melihat seniman difabel atau different
ability artist, yaitu seseorang yang memiliki kemampuan seni tetapi dengan
cara dan pendekatan yang berbeda. Inilah nilai penting Outsider Artpreneur
tersebut, manjadi wadah untuk berprestasi bagi seniman difabel sekaligus
menjadi ruang menjunjung nilai kemanusiaan mereka. Farid menegaskan bahwa Dirjen Kebudayaan sangat mendukung kegiatan ini.
Dalam salah satu rangkaian acara menampilkan permainan musik
piano klasik kelas dunia, Ananda Sukarlan. Yang saya sukai dari karya Sukarlan
adalah memasukkan unsur lagu nusantara dalam gubahannya. Sehingga membuat para
penonton bisa menerka-nerka lagu daerah manakah yang sedang dimainkan. Pada
malam itu, 3 karya dimainkan untuk memanjakan telinga para undangan pembukaan
pameran. Salah satu yang ditampilkan adalah dari Rapsodia Nusantara Nomor 15, spesial
digubah untuk pemain disabilitas yang memilki satu tangan.
Dalam ruang pamer, terdapat sebuah lukisan yang dikerjakan
bersama-sama 9 seniman berserta sang mentor Hanafi, bentuknya panjang besar
membentang menyerupai layar kapal dengan tema Kapal Cinta Outsider Artpreneur. Lukisan-lukisan
yang dilelang digantung seolah melayang. Kalau koper-koper diletakkan di
panggung.
Ada ruangan pamer lainnya terdiri dari dua lantai. Selain
dari 9 seniman yang telah saya sebutkan di atas, setelah saya telusuri ternyata
ada seniman seniman lainnya dari Yayasan Daya Pelita Kasih, Yayasan Bina
Abyakta dan Hariprana Art Class turut meramaikan pameran. Ruang pamer ditempatkan
di lantai yang sama.
Rasa kagum muncul akibat melihat lukisan dan karya seni para seniman Outsider Artpreneur,
torehan-torehan yang dihasilkan merupakan cara mereka untuk melawan
keterbatasan hingga menghasilkan suatu hasil karya yang luar biasa.
Titik-titik yang ditempatkan pada kanvas oleh Daya Olivia
Korompis merupakan teknik melukis yang berguna untuk koordinasi motorik
halusnya yang terbatas karena dilahirkan dengan kelainan kromosom sehingga
membatasi kemampuan mental dan fisiknya.
Warna-warna menyilaukan mata dan karakter lucu khas dari
Hana Madness yang memiliki nama asli Hana Alfikih. Merupakan inspirasi akan
kondisi mentalnya-bipolar disorder dan skizofrenia.
Figur-figur khas beserta kegiatannya yang digoreskan Oliver
Adivarman Wihardja, merupakan salah satu bentuk terapi yang membuatnya merasa
tentram dan bebas sebagai penderita auitisme dan hiperaktif.
![]() |
Lukisan Bima Ariasena |
Warna-warna mencolok karakter serta komposisi yang harmonis
dalam lukisan Audrey Christabel Angesti adalah penyaluran emosinya yang tidak
bisa dikeluarkan secara fisik. Mengingat di usia 2 tahun didiagnosa dengan
muscle tone rendah, praxis probleme, motor planning issues dan keterbatasan
kapasitas emosional.
![]() |
Pelukis : Aqil Prabowo |
Kalau saya lihat lukisan dia seperti membuat doodle art. Kebetulan saya menyukai gaya
ini. Mengingat masa lalu sering mencorat-coret buku sampai satu halaman penuh
dengan gambar, bahkan sempat dikomersilkan. Sayang, akhirnya teralihkan dengan
kesibukan bekerja.
Sementara Dwi Putro atau sering dipanggil Pak Wi, yang gemar melukis sejak kecilnya. Dia terlahir prematur, Di usia sekitar 10 tahun manifestasi gangguan pendengaran memengaruhi perilakunya sampai akhirnya manifestasi gangguan mental turut muncul.
Oleh Nawa Tunggal, adiknya, yang adalah pemimpin Komunitas
Kapal Cinta serta berprofesi sebagai wartawan, Pakwi diajak melukis intensif. Obsesinya adalah kekosongan. Apakah karya Pak
Wi adalah seni ? Nawa tidak tahu. Tetapi ia mulai memamerkan dan hasilnya
ternyata diterima cukup baik oleh dunia seni. Beberapa orang menyebutnya Art
Brut atau Raw Art.
Sempat saya melihat lukisan Pak Wi di atas batu kecil yang
dijual di acara ini untuk membantu menyokong keterbatasannya. Karakter khas, yaitu tatapan mata
kosong. Menurut Jean Couteau, makna yang terpancar bukan kehampaan, melainkan
kecemasan akan kekosongan yang absolut. Sementara karya seninya di ruang galeri
Ciputra Artpreneur, Pak Wi menampilkan kumpulan anak-anak ayam dalam bentuk relief.
Tanpa ada induknya. Membuat saya makin memahami apa yang dimaksud Couteau.
Sedikit info mengenai seni konseptual. Akar seni konseptual
adalah pelengkap dan lawan dari akar Art Brut. Keduanya adalah dua muka dalam
satu koin. Seni konseptual berasal dari pertanyaan besar dikemukakan Marcel
Duchamp lewat urinal Dada-nya: apa itu seni, dan apa itu obyek seni ? Sedangkan
Art Brut berasal dari penjelajah psyche seperti pemikiran Sigmund Freud dan
para Surealis. Yang pertama menjelajahi kesadaran dan menyingkap kaitan-kaitan
tersembunyi di dalam, di antara dan yang melekat pada seni dan dunia sosial.
Yang kedua menggali lebih dalam, menjelajahi yang di bawah kesadaran.
Diharapkan oleh Nawa membawa Hanafi berkolaborasi dengan
para seniman berkebutuhan khusus adalah untuk menggunakan perpaduan intuisi dan
konsep tingkat tinggi yang dimiliki Hanafi untuk mencapai yang mustahil:
menjadikan seniman bergangguan mental menjadi seniman art brut yang baik.Dan
pada waktu yang sama, memperbaiki kondisi mental mereka. Walau saat ini tidak
ada yang bisa menjawab apakah usaha ini akan berhasil. Akan tetapi usaha ini
tetaplah layak untuk diperjuangkan. Karena mencari jawaban itu salah satu
tujuan pameran dan kolaborasi Outside Art. (***)
2 komentar
Suka dng instalasi lukisannya bima. Meski berkebutuhan khusus, mereka tetap bisa menunjukkan karya istimewa. Salut.
REPLYiya, memang salut dengan usaha mereka melawan keterbatasan. terima kasih mau mampir.
REPLY