Kamis, 01 Agustus 2019

Kompilasi foto @bangmanasse


Ketika menghadiri suatu Festival Don Quijote yang diadakan di Salihara pada hari Sabtu dan Minggu, 13 dan 14 Juli 2019. Barulah saya mengetahui buku yang dicetak nomor kedua setelah Alkitab dalam berbagai bahasa adalah Novel Don Quijote de la Mancha.

Pada hari kedua, yakni Minggu (14/7/2019) pukul 16.00 WIB, diadakan peluncuran buku, diskusi dan konser mengenai Don Quijote dari La Mancha. Pada saat masuk ternyata saya terlambat. Karena Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) Kerajaan Spanyol di Jakarta, YM Jose Maria Matres Manso sudah berpidato.

Karya sastra asal Spanyol yang mendunia ini, baru pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia secara utuh oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Terbagi dalam dua jilid, I dan II. Buku ini terhitung karya sastra terlaris sepanjang masa, wah wajib diapresiasi dan dibaca.

Untuk proses terbitnya juga mengalami jalan yang berliku-liku panjang serta waktu yang tidak singkat. Berkat bantuan Kedutaan Besar Spanyol dan pihak sponsor, REPSOL. Don Quijote de la Mancha akhirnya bisa terbit dalam bahasa Indonesia.

Terpilih sebagai “buku yang paling berarti sepanjang masa” dalam jajak pendapat yang diorganisasi para editor Norwegian Book Clubs di Oslo pada 2002. Bahkan seorang Ben Okri, Sastrawan Nigeria berujar
“Jika ada satu novel yang harus dibaca sebelum Anda mati, itulah Don Quijote”

Mengenai sang pengarang novel, Miquel Cervantes. Dia hidup di antara dua era, Pencerahan dan Barok. Era Pencerahan mengutamakan optimisme dan kepercayaan pada individu, sedangkan pada era Barok didorong oleh pesimisme dan krisis. Karena pengaruh dua era ini, menyebabkan karya Cervantes terbelah. Demikian penjelasan Andres Ibanez yang adalah novelis, kritikus sastra dan penulis esai budaya yang menjadi pembicara dalam festival ini.

Dalam era Pencerahan, alam, manusia dan Tuhan dipandang saling terikat oleh harmoni yang universal. Sementara pada era Barok, manusia dipandang terpisah dari Ilahi, terasing di dunia tanpa arti. Di dunia tanpa jawaban dan penuh keraguan metafisik tersebut, Don Quijote memutuskan untuk mengubah diri, tambah Ibanez.

Apa yang dikatakan Cervantes kepada kita melalui karya komikalnya adalah bahwa tidak ada yang tahu apa itu realitas, atau apa batas antara imajinasi dan kenyataan, karena realitas adalah sesuatu yang diciptakan manusia. Pandangan baru ini, berdasarkan sudut pandang individu, telah membuka sastra baru; novel modern. Demikian keterangan Ibanez dalam booklet Festival Don Quijote.

Dalam keterangan sinopsis buku ini, tertulis Don Quijote menceritakan seorang hidalgo yang imajinasinya menjadi liar karena buku-buku yang dia baca. Dikisahkan Don Quijote menganggap dirinya seorang petualang tapi bukan petualang biasa. Dia bagai mengolok-olok, menertawakan keadaan dirinya sendiri. Banyak kesialan dan kegagalan yang menimpanya.

Acara diskusi diisi oleh para pembicara antara lain, Prof. Apsanti Djokosujatno, penerjemah novel Don Quijote dari La Mancha yang adalah pensiunan guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok lalu Sastrawan terkenal Goenawan Mohamad, esais, penyair dan pelukis lakon yang menceritakan tentang novel ini. Penjelasan Goenawan mudah dicerna dan menarik. Tak lupa sebelumnya dibacakan penggalan naskah Don Quijote dari La Mancha oleh Cania Citta Irlanie, lulusan Ilmu Politik di Universitas Indonesia.

Terakhir kami dihibur oleh konser musik piano oleh Ananda Sukarlan, yang namanya tercantum dalam buku 2000 Outstanding Musician of the 20th Century dan The International Who’s Who in Music. Permainan musik Ananda mengiringi 2 Soneta karya Cervantes berjudul “En el Silencio de la Noche” dan “Galatea” yang dinyanyikan oleh Nikodemus Lukas, Tenor yang telah lulus dengan predikat “Distinction’ dalam ujian praktek vokal tingkat 5 dari Associated Board of the Royal Schools of Music.

Sebagai penutup ditampilkan piano solo dengan lagu asal Manadobagian dari Rapsodia Nusantara yang menghanyutkan tapi untungnya tidak membuat terdampar. Berkelas, sesuai untuk menutup acara peluncuran karya sastra kelas dunia yang diharapkan oleh Duta Besar Kerajaan Spanyol penerbitannya bisa meningkatkan hubungan dan memperkuat pengetahuan antara masyarakat Indonesia dengan Spanyol. (***)

Artikel lain mengenai acara ini
sumber : Booklet Festival Don Quijote

Lisa Moningka . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates