Sabtu, 06 Juli 2019


Jika saya membawa teman untuk berkunjung ke area Gondangdia untuk berwisata kuliner biasanya saya suka ajak mereka untuk bertandang ke masjid Cut Meutia walau hanya di halamannya saja. Terakhir saya mengunjungi tempat ini ketika mencari takjil bersama teman kelayaban yang suka mencari makanan enak. Kebetulan pas ada di sini, saya mengajak mereka untuk mencoba jamu legendaris di Gondangdia.
Baiklah, kembali ke topik utama. Kok, saya jadi melantur ? Saya merasa masjid ini adalah bagian penting dari Jakarta, sehingga merasa perlu untuk membuat artikel ini sebagai pengingat juga kalau-kalau saya lupa. Aha, tinggal klik link langsung ingat deh. Ditambah saya mendapatkan bahan dari harian Kompas sebagai data penguat, terbit minggu lalu.

Kantor Biro Arsitek Zaman Hindia Belanda
Di tempat ini, saya ceritakan sedikit sejarahnya dan meminta mereka memperhatikan detail bangunan yang awalnya adalah kantor arsitek zaman Hindia Belanda, NV De Bouwploeg, dipimpin oleh Pieter Andriaan Jacobus (PAJ) Moojen. Biro inilah yang memegang proyek pengembangan dan pembangunan kawasan Menteng, dinamakan Nieuw Gondangdia.
Kawasan ini juga kerap disebut Boplo. Nah, bagi yang bingung dari mana asal kata Boplo kok tidak Indonesia sekali ya ? Silahkan merujuk ke nama kantor real estate ini, NV De Bouwploeg. Disebabkan lidah orang Indonesia sulit menyebut kata Bouwploeg akhirnya berubah menjadi Boplo. Saya pun sulit menyebutkan kata ini hingga sempat dibantu pengucapannya pada saat saya sedang membawa peserta tur yang jago bahasa Belanda.

Catatan Resmi Mengenai Sejarah Sulit Didapatkan
Kalau dicari-cari catatan resmi mengenai masjid ini hanya sedikit. Paling pemberitaan yang ada di media massa daring itu juga tidak banyak. Informasi yang diketahui dari pengurus masjid juga berdasarkan cerita lisan dari pengurus masjid lama. Sangat disayangkan, mengingat sejarahnya yang menarik yang membuat bentuknya tidak lazim sebagaimana bangunan masjid pada umumnya.

Khas bangunan
Dimulai dari area shalat, arah kiblatnya tidak sama dengan arah bangunan. Tempat mimbar ceramah terpisah dengan bilik tempat imam memimpin salat. Sebelumnya di bagian tengah bangunan terdapat tangga besar kemudian dihilangkan karena dianggap terlalu memakan tempat dan mengganggu area ibadah shalat. Sisa bagian tangga yang terhubung ke tangga bercabang menuju lantai atas berada tepat di atas mimbar ceramah, pada bagian dindingnya dihiasi tulisan kaligrafi indah.

Kalau dilihat dari luarpun makin tidak terlihat sebagai masjid jika tidak terlalu memperhatikan detail tambahan bangunan. Justru dari balkonnya beserta jendelanya makin kuat ini adalah bangunan bergaya arsitektur Eropa, Art Nouveau, memang sedang trend di era 1880-an hingga 1920-an.
Sejarah Hingga Menjadi Masjid
Gedung kantor artsitek ini dibangun selama dua tahun mulai tahun 1910 oleh Moojen. Sayangnya biro ini hanya berjalan beberapa tahun saja karena pada tahun 1925 dinyatakan pailit. Mulai saat itu, gedung ini berubah-ubah fungsinya serta berganti pemilik.
Bangunan ini telah berfungsi sbb,
1. Kantor pos
2. Kantor perusahaan kereta api Belanda
3. Kantor Angkatan Laut Jepang (pada saat Jepang menjajah Indonesia tahun 1942)
4. Kantor sekretariat MPRS
5. Kantor Urusan Agama (era awal kemerdekaan Indonesia)
6. Tempat Ibadah (tahun 1987 atas usulan AH Nasution)
Gedung yang berdiri di atas lahan seluas 5.000m2 ini sempat diwacanakan akan diratakan tetapi oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu ditetapkan berstatus cagar budaya. Duh, untunglah terselamatkan.

Nah, kamu sudah pernah masuk ke dalam atau belum ? Siapa tahu ada yang berencana untuk beribadah di sini dengan keluarga atau sahabat ? Bisa kamu ceritakan sejarahnya yang unik. Di masjid ini juga kerap mengadakan kegiatan seperti bazar dan bentuk perniagaan lainnya. Bahkan ada kegiatan dakwah melalui festival musik walau masih ada silang pendapat. Jika sedang mencari makanan di sekitar stasiun Gondangdia, dipersilahkan mampir. Ada banyak makanan enak di area ini. Oh ya, bagi yang mau menyelenggarakan resepsi pernikahan, di sini tersedia ruang aula. Hayuuk disurvei sambil jalan-jalan. (***) we

16 komentar

Kayaknya harus ada yang meneliti tentang tempat ini deh biar ada sejarah resmi yang bisa dijadikan acuan. Salah satu kekurangan sejarah yang ada sekarang terutama di negara berkembang ya kadang cuma ada dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Padahal hal tersebut kalau sampai terputus rantai informasinya, habislah sudah. Penting banget sih menurutku untuk dituliskan

REPLY

Wah menarik banget nih. Dilihat dari luar, udah kerasa banget ya sentuhan arsitektur eropanya

REPLY

Baru sekali masuk dan sholat di sini, saat mau ikut aksi 212 kalau tidak salah. Karena sudah tidak bisa maju lebih ke depan lagi. Jadi sholat dulu di sini lalu melanjutkan dengan jalan kaki. Baru tahu mbak kalau masjidnya bekas kantor arsitek :)

REPLY

Saya baru tahu ada masjid seunik ini di Jakarta. Kapan2 harus mampir nih.

REPLY

Dulu cuma sering lewat doang depan masjid ini. Ternyata sudah beberapa kali mengalami perubahan fungsi sebelum ditetapkan menjadi masjid ya. Wah, bisa jadi ini cagar budaya juga mba. Hehehe

REPLY

nggak nyangka kalau masjid ini ternyata dulunya adalah kantor arsitek di jaman belanda. pantesan bentuknya unik banget. sayang fotonya hanya satu.. :)

REPLY

Bangunan jaman Belanda sampai sekarang masih berdiri kokoh (meski banyak yg alih fungsi), menunjukkan bahwa kualitas pembangunan di masa lalu tidaklah kaleng-kaleng. Bahkan, sampai sekarang pun jembatan-jembatan tua masih pada bagus-bagus.

REPLY

Saat pertama kali lihat gambar bangunannya saya kira itu bukan masjid, lokasinya yg berada di Jakarta membuat saya penasaran. Kalau liburan ke nenek wajib mampir ke sini nih

REPLY

Wah aku baru tahu kalau mesjid ini dulunya adalah kantor arsitek
Bagus desainnya. Beberapa kali melintas didepannya, selalu tampak ramai oleh pengunjung yang ingin menunaikan shalat.

Saya suka kulineran di sekitar mesjid ini, banyaj jajanan enak hehe

REPLY

Masjid dengan arsitektur eropa unik banget, gedung-gedung bersejarah ini memang harus selalu dilestarikan.

REPLY

Saya sering lewat sini mbak waktu dulu. Saya baru tau kalau ini peninggalan Hindia Belanda. Bekas kantor biro arsitek pula

REPLY

Aku pastinya belum pernah berkunjung ke sana mba hehehe. Coba ah nanti mau sengaja eksplor Jakarta dan ke Gondangdia itu. Baru tahu ih kalau masjid Cut Meuthia ini dulunya sempat berganti-ganti fungsi, dari kantor pos, kantor arsitek dan lainnya.

REPLY

Bangunan yang alih fungsi begini uniknya ya Mbak, cuma ya itu, karena dari awal bukan masjid, jadi arah bangunan gak sesuai dengan arah kiblat. Tapi gimana pun itu tak masalah, yang seperti ini banyak di luar negeri, contohnya di Jepang, mesjid nya bahkan dari flat yang dialih fungsikan.

REPLY

Bangunan kuat dan gagah, khas bangunan jaman Belanda.
Dialihfungsikan jadi lebih bermanfaat ya mbak, daripada cuma jadi bangunan kosong dan tak terawat.

REPLY

Banyak bangunan lama yang dialihfungsikan. Mungkin satu-satunya bangunan besar, jadi cocok untuk masjid. Sayang fotonya kurang jelas, terlalu jauh ngambilnya. Kalau ada foto ruang dalamnya bisa lebih keren artikelnya. Maaf...

REPLY

Masyaa Allah, gak nyangka banget ya kalau ternyata ini bangunan yg dialihfungsikan. Jadi pengen main2 kesana juga de

REPLY

Lisa Moningka . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates