Senin, 08 Juli 2019


Waktu itu Jakarta sedang dilanda hujan. Setelah panas berkepanjangan, akhirnya aspal kota yang baru melaksanakan Asian Para Games ini tersentuh tetesan air. Memang jadi suasana jadi menyegarkan, ditambah bonus macet lebih panjang. Membuat saya datang terlambat ke acara pembukaan pameran lukisan, patung dan fotografi bertema Resemblance of the Real. Yang diadakan di Museum Art:1, Kemayoran. Mulai dari tanggal 18 Nopember s.d. 2 Nopember 2018. Yang terdiri dari 10 orang seniman yang adalah staf pengajar Program Seni Rupa-FSRD ITB. Dari yang biasa pameran di Indonesia sampai di luar negeri. Dan benang merah acara ini tentunya seni abstak.

Menurut kurator pameran ini, Rizki A. Zaelani. Setelah saya tanya mengapa mereka ambil tema ini yaitu para dosen senior di fakultas ini terkenal akan seni abstraknya. Tuturnya kata “Real” diartikan sebagai pengalaman hidup yang belum dikonsepkan, bisa juga dari pengalaman masa kecil yang tidak kita sadari. Jadi abstrak itu tidak meniru, sehingga tiap orang mempunyai keunikkannya tersendiri.

Lalu, kalau kita perhatikan kalimat ini “Antara Nyata dan Kenyataan itu Berbeda”. Agak membingungkan bukan ? Baik, saya bantu perjelas. Nyata = jelas, Kenyataan = sesuatu yang telah terjadi. Kita suka menyamakan dua kata ini bukan ? Dalam pameran ini mereka mau menunjukkan ada suatu hal yang nyata yang kita bisa rasakan dengan panca indera, tetapi bukan berarti hal itu adalah benar-benar kejadian yang benar-benar sudah terjadi.

Saya bercakap-cakap dengan Oco Santoso, yang dua karya diboyong ke tempat ini. Dimana diselesaikan dalam waktu hari saja. Saya sempat terkagum-kagum akan kecepatan dosen yang berpengalaman mengajar 25 tahun ini dalam menghasilkan sebuah karya yang matang. Benar-benar memang hebat di bidangnya. Bahkan murid-muridnya banyak yang lebih hebat dalam berkarya, tandasnya dengan nada bangga.

Dalam memberikan penjelasan kepada saya pun mudah dicerna. Harap maklum, biasanya bahasa seniman tidak mudah dipahami. Karena daya imajinasi mereka terlalu tinggi jadi sulit dituangkan dalam kata-kata sederhana.

Penjelasannya mudah. Dalam seni abstrak entah dalam lukisan, karya 3 dimensi atau fotografi. Obyeknya biasa tidak jelas. Yah... namanya juga abstrak, kalau lukisannya jelas nama alirannya jadi berbeda. Nah, asyiknya dalam menikmati ketidakjelasan itu, kita jadi menebak-nebak benda apakah ini karya seni ini ? Tiap orang berbeda-beda, tetapi tetap ada benang merahnya. Seperti lukisan di bawah ini.

Apa yang kamu lihat ? Kalau saya melihat laut, ada beberapa kapal kayu dan berkas-berkas cahaya menembus air laut. Saya tanya salah satu pengunjung, dia melihat perahu yang sedang menembus balok-balok es. Lalu yang lainnya berkomentar dia melihat hal sama tetapi ada detail lainnya berbeda.

Wah, ini jadi seperti permainan tebak-tebak gambar saja. Lalu kami berputar melihat-lihat yang lain. Kembali lagi ke lukisan tersebut, gambar yang terlihat berbeda lagi. Kami pun terheran-heran. Ternyata benar yang dikatakan Oco Santoso. Dengan melihat lukisan abstrak, tanpa sadar yang terlihat dipengaruhi banyak hal. Contohnya pengalaman pribadi, suasana hati bahkan sampai hal yang sedang trend saat ini.

Bahkan dengan melihat lukisan abstrak dengan baik-baik, dalam suasana tenang. Kita mulai menarik diri dari dunia nyata, sendirian dalam keramaian. Karena di pameran jarang sendirian juga ya. Pada saat kita melihat apa yang muncul dalam karya tersebut menunjukkan kualitas kita. Bahwa kita pribadi unik.

Jakarta, 18 Oktober 2018
Museum Art:1, Pameran “Resemblance of The Real”
Seniman : Bambang Ernawan, Budi Adi Nugroho, Dadang Sudrajat, Deden Hendan Durahman, Dikdik Sayahdikumullah, Muksin MD, Nurdian Ichsan, Oco Santoso, Willy Himawan dan Zusta Roihan

Lisa Moningka . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates