Senin, 29 Juli 2019

Vlog Bersama Chef Arnold




Pada tanggal 17 sampai dengan 20 Juli 2109 yang lalu baru saja diadakan pameran Food & Hotel Indonesia di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta. Di sana saya menjumpai chef Arnold yang merupakan salah satu juri acara TV Chef Master Indonesia di salah satu booth pameran yang sedang memasak untuk peserta.
Pikir saya, mumpung bertemu dengan chef yang baru saja membuka restoran di daerah Tanjung Duren, Jakarta. Ini adalah salah satu usaha gabungan dia dengan Gibran dan Kaesang. Setahu saya sampai hari ini restoran ini sangatlah dipadati oleh pengunjung, antrian panjang mengular.
Menu yang disajikan di restoran bernama Mangkok Ku itu tidak banyak. Beberapa di antaranya menggunakan daging, antara lain lidah dan brisket. Ternyata Arnold memakai daging dari penyuplai terkenal KIBIF yang sudah berpengalaman dalam menyediakan daging sapi berkualitas di Indonesia. Dan KIBIF sedang membuka booth di sini. Sekaligus mengeluarkan produk daging baru yang laris manis terjual sampai saya tidak kebagian.
Penasarankah kalian daging apa yang menjadi favorit pengunjung pameran tersebut ? Silahkan Cek kanal You Tube saya lisamoningka. (***)



Selasa, 23 Juli 2019

Kejadian Lucu, Seru dan Sedih Dialami Mobil R-1 & R-2

Penampakan 3 mobil koleksi di museum Juang (dok. @lisamoningka)


Tahukah kamu jika sampai saat ini masih ada mobil bodong yang berkeliaran di Jakarta walau hilir mudik depan para polisi tidak diangkut alias disita. Wow, mengapa begini mengapa begitu? Eits, awas harap hilangkan buruk sangkamu itu. Tapi ingat, hal ini tidak berlaku jika kamu mencoba-coba berkelakuan seperti ini, dijamin kendaraan tanpa surat kamu langsung digendong tanpa kasih sayang oleh derek Dishub.

Baiklah, langsung saya ceritakan si kendaraan yang mendapatkan perlakuan spesial seperti ini. Mobil yang tiap hari diparkir di Gedung Joang 45. Pada setiap tanggal 16 Agustus dibawa konvoi bahkan harus dikawal. Disebabkan mobil ini berpelat REP-1, menandakan pernah dimiliki oleh orang nomor satu di Indonesia. Mengenai kondisi mesinnya, masih bagus karena memang diservis secara berkala. Kalau coba berkunjung di Gedung Joang 45 ada di bagian belakang. Bagi yang bermata jeli pada saat melihat di bagian samping mobil ada AKI yang diletakkan. Kata pemandu lokal yang menemani saya hal ini adalah bagian dari perawatan.

Dalam museum ini terdapat 3 koleksi mobil. Pertama, mobil dinas pertama milik Bung Karno berpelat REP-1. Kedua, berpelat REP-2 milik Moh. Hatta dan ketiga, mobil Bung Karno yang terkena granat saat peristiwa Cikini pada tahun 1957.
Ada cerita unik di balik ketiga mobil ini yang akan saya ceritakan sebagai berikut.

Mobil Berpelat REP-1

Berkelir hitam dan terlihat sangar sekaligus seksi menurut saya karena lekukan bodinya yang aduhai. Sampai sekarang saja masih terlihat ganteng, rasanya ingin dikendarai dan dijajal keliling kota. Mesinnya juga tangguh, terbukti masih bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, setiap tanggal 16 Agustus dibawa keliling untuk napak tilas oleh Gubernur DKI yang sedang menjabat.

Pada tahun 1945, mobil ini adalah yang terbagus di Jakarta. Awalnya dimiliki oleh Kepala Departemen Perhubungan Bangsa Jepang. Mobil ini adalah rampasan dari pihak Jepang kala itu, cerita dari pemandu lokal di Gedung Juang yang saya lupa namanya. Maafkan saya, karena terlalu asyik dengan ceritanya sampai melupakan nara sumber saya. Awalnya si hitam manis ini berada di belakang kantor Departemen Perhubungan, sekarang menjadi kantor Direktorat Perhubungan Laut. 

Tiba-tiba terlihat oleh Sudiro yang adalah Anggota Barisan Banteng dan secara tiba-tiba terbit pikiran yang harus dilaksanakan dengan segera. Bahwa kendaraan roda empat ini cocok dimiliki oleh seorang Presiden RI. Singkat cerita Bapak Sudiro meminta secara halus mobil kepada sang supir. Dibujuk agar si sangar tersebut “dihadiahkan” kepadanya demi kepentingan nusa dan bangsa.  Supir diberikan uang untuk dipakai agar bisa pulang ke Kebumen.

Transaksi berjalan lancar, kunci berpindahtangan.  Sudiro menghubungi supir kenalan agar kendaraan bisa dibawa ke rumah Bung Karno.

Momen saat mobil datang, terbayang suara mesinnya yang menggelegar dalam pikirian saya, karena digas untuk menarik perhatian. Akibatnya Bung Karno keluar dari kediaman untuk mencari asal suara. Aha! Mobil rampasan perang dipersembahkan untuk Presiden RI-1. Sudiro berkata “Ini mobil yang pantas untuk Presiden RI." Kalau saya sedang berada di situ pasti ikut menganggukan kepala tanda seiya sekata.

Karena tidak tahu ekspresinya Bung Karno seperti apa, cerita berlanjut. Kalau ditarik ke belakang mobil ini adalah rampasan perang tentu tidak suratnya, bukan? Mungkinkah Bapak Sudiro meminta BPKB atau semacamnya ketika merampas secara manis kendaraan ini, agak mustahil, bukan?

Singkat cerita Bung Karno datanglah ke tempat semacam SAMSAT, untuk istilahnya sekarang. Untuk meminta dibuatkan STNK untuk kendaraan nomor satu di Indonesia. Kira-kira reaksi dari polisi pada saat itu bagaimanakah? Ternyata mereka menolak, dengan alasan Bung Karno tidak mempunyai surat resminya. Apa!!? Permintaan seorang nomor satu di negara ditolak? Intinya STNK tidak keluar. 

Tidak kehilangan akal, oleh Bung Karno dibuatlah plat nomor untuk mobilnya tersebut. Dengan tangannya sendiri ia menuliskan REP-1. (Peringatan : Adegan ini dilarang dijadikan panutan dan inspirasi kecuali kendaraan siap sedia disita setiap saat)

Mobil Berpelat REP-2

Kendaraan putih kelimis dan manis ini adalah mobil milik Moh. Hatta. Mobil ini sebelumnya digunakan perusahaan yang bernama Djohan Djohor milik seseorang pengusaha yang adalah paman dari Moh Hatta.

Sebelum dijadikan koleksi museum sempat terjadi kejadian menggelikan tapi. Kendaraan roda empat ini sempat diservis di suatu bengkel dan entah mengapa dibiarkan begitu lama oleh Moh. Hatta. Karena diabaikan, pemilik bengkel mungkin serba salah. Berpindah tanganlah si putih ini.

Tahukah kamu, oleh pemilik barunya mobil ini berubah fungsi menjadi mikrolet. Saya tidak tahu detailnya apakah mereka tahu kendaraan ini sebelumnya adalah milik Moh. Hatta. Setelah dijual, entah berapa lama dipakai melayani penumpang. 

Bung Hatta mendadak kangen dan teringat akan mobil yang  pernah dia pergunakan pada saat melaksanakan tugas-tugas kenegaraan sebagai seorang Wakil Presiden. Mendengar kenyataan pahit bahwa kendaraan itu sudah dijual dan digunakan sebagai mikrolet, kesal dan marahlah Moh. Hatta. 

Dengan berbagai cara si kendaraan yang setia mendampinginya sampai-sampai ketika pemerintah RI pindah ke Yogyakarta ikut diboyong dengan kereta api, kembalilah dengan tidak aman sentosa ke tangannya. Akhir cerita bahagia, mobil ini akhirnya dijadikan salah satu koleksi di Museum Juang 45 ini.

Mobil Peristiwa Cikini

Raja Arab Saudi, Saud bin Abdul Aziz memberi oleh-oleh Mobil Chrysler Crown Imperial yang berpelat sekarang berpelat B 9105 untuk Bung Karno setelah ia berkunjung ke negara itu pada 18 Juli hingga 4 Agustus 1955.

Kendaraan roda empat ini adalah saksi sejarah peristiwa percobaan pembunuhan Cikini pada tanggal 30 November 1957. Berdasarkan kenangan Megawati, saat itu Perguruan Cikini sedang mengadakan pesta ulang tahun Yayasan ke-15. Kampus bersolek, karena selain ulang tahun, mereka turut mengundang Bung Karno. Saat itu seluruh putra dan putri Bung Karno bersekolah di sana. Sejarah mencatat, yayasan ini mendirikan Sekolah Rakyat Partikelir Mayumi termasuk di dalamnya adalah berbagai sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Ketika itu Bung Karno datang sebagai undangan biasa yaitu sebagai orang tua murid bukan sebagai orang nomor satu di Indonesia. Beliau datang dengan iring-iringan rombongan Pasukan Pengaman Presiden (Paspamres) pada era itu. Terlihat ikut menikmati kemeriahan acara. "Saat itu saya bertugas menjaga pameran, kakak dan adik-adik saya, lalu Bung Karno mengunjungi saya sebagai orangtua." cerita Megawati. Bung Karno dikeliling anak-anak yang berlomba-lomba bersalaman dan berfoto serta meminta dipeluk.

Di tengah-tengah kemeriahan acara,  beberapa granat dilemparkan ke arah Bung Karno. Dua pelaku pelempar granat tidak mengenai sasaran granat disebabkan sempat luluh melihat Bung Karno kewalahan dipeluk anak-anak kecil. Sayang granat yang dilemparkan menjadi mengenai tamu undangan, para murid serta Paspamres.

"Peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan, karena korbannya dari kawan-kawan saya saja ada 100 orang, baik yang meninggal dunia, luka parah, maupun luka ringan. Beberapa bahkan cacat seumur hidup," kata Presiden ke-5 RI ini. Para pelaku mengaku telah dicuci otak tentang antikomunis. Dimulai dari ceramah-ceramah, mereka diindoktrinasi oleh ulama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Doktrin ini adalah Presiden Soekarno menghalang-halangi perkembangan Islam. Jika presiden terbunuh, Islam akan cepat berkembang.

Sampai saat ini jika melihat mobil ini masih tampak pecahan kaca di jendela, serta kaca spion yang hilang. Kata sang Bapak pemandu memang sengaja dibiarkan agar mengingat sejarah menyedihkan ini. Hal ini membuat saya teringat akan quote Bung Karno Jas Merah, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”

Demikian cerita di balik dari 3 kendaraan para pemimpin Bangsa indonesia. Harap ingatlah selalu Jas Merah untuk keutuhan NKRI.

Sumber : 

Selasa, 16 Juli 2019

Pameran Lukisan Maestro-Lempad


Lukisan Lempad dalam bentuk video animasi (dok. penulis)



Kali ini saya menghadiri pembukaan pameran lukisan dan multimedia pada hari Rabu (19/06/2019) di Galeri, Komunitas Salihara beralamatkan Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta bertema “Darkness is White”, menampilkan lukisan dikombinasikan dalam tata seni cahaya, musik, video, dan animasi dari seorang seniman terkenal asal Bali bernama I Gusti Nyoman Lempad.

Saya merasa beruntung bisa mengunjungi pameran ini. Karena penampilannya yang unik, “Nyeni  banget,” kata saya. Pertama-tama kamu masuk dalam ruangan gelap nan wangi bunga-bunga yang ternyata di tengah-tengah ruangan terdapat  semacam persembahan terdiri dari bunga-bunga yang biasa ditemukan di Pura atau di Bali pastinya.

Kemudian suasana menjadi gelap gulita diiringi gamelan Bali yang makin menambah mistik suasana. Barulah satu persatu lukisan ditembak dengan lampu sorot. Di dalam ruangan ini terdapat 10 lukisan, 9 lukisan adalah koleksi Daniel Jusuf, pengusaha asal Malang, Jawa Timur yang berdomisili di Jakarta. Daniel mengoleksi ratusan karya Lempad, tak hanya membeli dari orang Bali, dia juga banyak membeli lukisan Lempad dari orang-orang asing. Koleksi lukisan Lempad pertamanya dibeli dari Antonio Blanco di Bali ketika ia berumur 9 tahun.  Sedangkan 1 lukisan koleksi dari Anak Agung Gde Rai yang terdapat di sisi paling kanan.

Setelah seluruh lukisan sudah ditampilkan, ruangan kembali menghitam alias gelap gulita. Perlahan-lahan muncul animasi lukisan-lukisan yang dipamerkan tapi dalam rupa garisan putih. Wow menakjubkan kata saya dalam hati. Beberapa menit kemudian layar berpindah ke kiri. Mulai dari goresan 2 dimensi yang menampilkan ukiran topeng perlahan-lahan berubah menjadi topeng asli dalam bentuk video yang disebut karya augmented reality atau multimedia realitas tertambah karya Jeffry Budiman.

Pameran berlangsung pada tanggal 20 Juni, 25 sd 27 Juni, 2 sd 7 Juli 2019, tidak dipungut biaya kecuali untuk penampilan spesial. Mulai dari jam 11.00-20.00 WIB. Untuk penampilan  spesial diadakan tanggal 21 sd 23 Juni dan 28 sd 30 Juni 2019. Acaralainnya juga diadakan “Art Talk” pada tanggal 26 Juni 2019 pukul 19.00-21.00 di Serambi Salihara. Untuk detail acara bisa di laman www.salihara.org

Pameran ini turut digagas oleh budayawan Bali asal Perancis, Jean Couteau. Berkat kerjasama Puri Agung Ubud, Yayasan Bali Purniwati, dan Komunitas Salihara maka pameran ini bisa diselenggarakan. 
Buku mengenai Lempad (dok. penulis)

I Gusti Nyoman Lempad
Baiklah, saya akan ceritakan mengenai latar belakang I Gusti Nyoman Lempad atau Lempad adalah seorang maestro yang juga merupakan tokoh pembaharu seni lukis tradisional Bali. Mengapa dikatakan seperti itu ? Gorehan lukisannya menampilkan “gaya transformasi”  ketika estetika seni lukis klasik Bali berubah menuju modern.

Jadi pada saat itu lukisan di Bali hanya berupa 2 dimensi kata Anak Agung Gde Rai, salah satu pendiri dari museum ARMA yang turut meminjamkan salah satu koleksi galeri seninya untuk dipamerkan di sini. Kemudian Lempad melukis 3 dimensi “Lebih menyerupai wujud manusia” kata Agung Rai kepada saya. 

Dalam lukisan lazim pada masa itu menggambarkan tokoh-tokoh pewayangan, tetapi lukisan Lempad berisikan kehidupan sehari-sehari masyarakat Bali, penjelasan dari Agung Rai. Bagi seorang kolektor seni barat kalau tidak memiliki koleksi dari Lempad, maka koleksinya tidaklah bisa dikatakan lengkap, tambah kurator dan kolektor lukisan yang sering diundang ke luar negri ini. 

Tidak hanya pelukis, Lempad juga pematung,  arsitek tradisional (undagi) yang banyak membangun rumah dan Pura di Bali, pembuat perangkat upacara (sanging), pembuat topeng, pembuat figur wayang, dan elemen upacara ngaben. Tindakan penciptaannya terkait erat dengan dunia spiritual.
Kelahiran Lempad tidak diketahui waktunya secara tepat. Diperkirakan sekitar 1862, beliau menikah ketika Krakatau meletus pada tahun 1883. Karena perkiraan lahirnya belum bisa dipastikan jadi umur sekitar 116 tahun pada saat meninggal pada tanggal 25 April 1978.

Bapak Lempad adalah seorang pengukir, tapi kemampuannya didapatkan dari seorang Brahmin yang hidup di puri. Brahmin ini menguasai berbagai bidang, antara lain pelukis, pemahat, perancang bangunan dan ahli dalam peraturan peradatan. Sehingga Lempad belajar segala macam tentang tarian, agama dan masyarakat.

Pada masa Lempad hidup, di Ubud banyak seniman dari Barat yang tinggal di sini.Tempat mereka pun berdekatan. Sehingga tidak heran para seniman di sana beriteraksi secara simboisis. Jadi saling mempengaruhi tapi dalam arti positif.

Salah satu yang mempengaruhi  teknik modern melukis Lempad adalah Walter Spies. Spies adalah seorang pelukis, perupa, dan pemusik asal Jerman. Dia adalah tokoh yang berandil memperkenalkan Bali kepada khalayak dunia. Lempad membantu Spies membangun rumah di Campuan, Ubud. Dari sinilah ia mengembangkan lukisan wayang bertema Ramayana dan Mahabhrata dalam berbagai media dan material, seperti kayu, kertas, pensil atau tinta Cina.

Karya Lempad begitu memesona sehingga dibuatkan buku spesial untuknya yang diproduksi oleh orang asing. Mendengar hal ini dari Agung Rai membuat saya terpukau. Bukunya dibuat dalam bentuk spesial, hard cover. Bahkan sempat dibuatkan film tentang kehidupan Lempad oleh para Arkeolog asal luar negri pula. Para peneliti ini menganggap betapa Lempad adalah seseorang yang sangat penting.

Karya-karyanya mencerminkan pengamalan filosofi Hindu Bali yang diterapkan melalui mendengar (sruti) menyebabkan tema-tema lukisannya sangat luas dan lahir dari penghayatan yang dalam.
Pada periode awal karya Lempad terilhami dari cerita klasik, secara perlahan-lahan berkembang ke gaya yang lebih bebas, yaitu mengenai kehidupan sehari-hari khas Bali. Dimaksudkan dunia spiritual berbaur harmonis dengan rutinitas sehari-hari.

Goresan-goresannya khas, terlihat sederhana tapi unik. Kerap menggunakan warna hitam di atas kertas putih serta mampu menonjolkan kekuatan garis.Warna hanya digunakan untuk memperkuat aksen tertentu. Beberapa warna yang digunakan adalah merah, putih dan hitam serta sedikit aksen emas yang adalah bentuk penghayatan nilau filosofi Tri Datu (merah, putih, dan hitam) berpadu dengan nilai keilahian yang disimbolkan oleh prada (emas).

Pameran Karya Lempad
Salah satu lukisan yang dipajang (dok. penulis)
Sastra dari Indonesia yang terkenal dalam dunia internasional adalah Serat Centhini dan La Galigo, puisi epos penciptaan. Hasil karya Lempad adalah simbol budaya Bali sebagai jendela unggulan Indonesia menuju dunia.

Pameran ini berkonsep memperkenalkan karya-karya Lempad dengan jiwa Balinya namun pikiran dan karya bersifat universal. Berkesenian bagi seniman yang pernah mendapatkan penghargaan dari pemerintah RI pada saat HUT RI ke-25 adalah “ngayah”, suatu konsep yang sudah banyak ditinggalkan di jaman sekarang, ketika berkesenian sebagai mata pencaharian. Penghargaan yang dia dapatkan dari pemerintah RI dalam bentuk medali emas dan uang sejumlah Rp100.000. Uang tersebut diberikan kepada cucunya untuk membeli motor. Bagi Lempad berkesenian adalah jalan spiritual.

Karya-karya beliau yang ditinggalkan banyak dalam keadaan seperti belum selesai, namun hal ini adalah kesengajaan. Ia percaya “selesai” adalah milik Tuhan, dan dengan karya yang diselesaikan, ia berharap generasi berikutnya akan menyelesaikan, sehingga tradisi akan terus terpelihara.

Hal ini membuat saya bertanya kepada Gde Rai, “Apakah ada karya Lempad yang diselesaikan oleh orang lain ?” ternyata saat ini belum ada yang berani melakukan hal ini karena sulit. Lagi pula pada jaman itu seni diibaratkan meditasi, benar-benar menjiwai.

Bagi seorang pribadi Agung Rai, dia senang pameran mengenai Lempad diadakan karena dia adalah sosok seorang non akademis. Lempad tidak bisa membaca karena ia tidak bersekolah secara formal. Jadi, cara menuliskan nama di lukisan dengan mencontoh.

Unik bukan kehidupan seorang seniman asal Bali ? Wajar memang beliau dikatakan sebagai seorang maestro. Tak heran kalau Jean Couteau mengatakan Lempad adalah seorang genius. Karya-karya Lempad mendunia karena banyak dijadikan koleksi privat oleh orang-orang asing serta tidak sedikit karya Lempad ditempatkan di museum-museum di luar negri yang dianggap karya seni rupa yang dipandang maju. (***)


Juicy-nya Sate Domba di Daerah Jakarta Selatan

Sate Domba (Dok. Penulis)



Suatu hari teman saya yang hobinya kelayaban makan unik dan enak mengajak untuk mencoba olahan sate domba. Lokasinya di Waroong Kebayoran Jakarta Selatan. Namanya tempatnya Sate Domba Pak Udin Petot, kalau cari di mesin perambah lebih dikenal Sate Pak Udin saja. Tempatnya strategis, mudah dicari bagi saya yang kerap berkeliaran di daerah ini.

Untuk masalah parkir roda dua dan empat tersedia. Kadang harus parkir susun khusus mobil jika sedang ramai. Tapi tenang saja, ada tukang parkir yang mengatur dan membantu pengunjung memindah kendaraannya jika menghalangi.

Pertama-tama saya penasaran dengan ovennya, ada oven seperti drum besi. Kata pegawai yang sedang memasak. Oven ini dulunya berguna untuk memanggang pizza. Sekarang berubah haluan untuk memanggang dan memanaskan olahan masakan di sini.

Cara mengolah sate dombanya ada dua. Pertama; dibakar oleh mereka. Kedua; bakar sendiri. Kayaknya lebih asyik kalau bakar sendiri, walau sama-sama di atas batu juga. Jika harus melakukan sendiri di oven yang panas membara sampai suhu 300, sayang angkat tangan deh.

Beberapa lama kemudian, datanglah si sate domba dihidangkan di atas batu panas dengan dua rasa, yaitu yang berbumbu dan tidak berbumbu. Lemak yang keluar dari daging menyebabkan letupan-letupan kecil akibat panas dari batu muncul.

Sate yang tidak berbumbu dinamakan Polosnya Kehidupan. Sedangkan yang berbumbu disebut Manis di Bibir. Silahkan pilih berdasarkan selera masing-masing. Kalau saya lebih suka yang polos, maklum saya ‘tuh orangnya polos banget.

Menuju ke teman hidangan sate, yaitu pilihan sambal. Tersedia Sambal Dabu-Dabu (Ini favorit saya), Sambal Matah, Sambal Krenyos dan Sambal Kecap. Bagi penyuka pedas tingkat tinggi saya sarankan memilih Sambal Krenyos. Enaknya kalau bakar sendiri, sementara proses masak memasak bisa mengolesi sambal sesuai selera.

Sebenarnya apa ya bedanya sate dibakar biasa dengan yang dibakar di atas batu ? Ternyata menurut Cherish yang adalah satu pemilik Sate Domba Pak Udin Petot ini, jika dibakar menggunakan batu, sari-sari daging yang biasa menetes keluar dan jatuh pada saat pembakaran tidak akan terjadi. Sedangkan dibakar di atas batu berbeda. Sari dari daging tetap terjaga istilah perkulinerannya daging menjadi juicy. Tentunya menjadi lebih empuk ditambah aturan untuk pengolahan daging domba harus menggunakan domba muda.

Ketika dibakar oleh mereka di oven, sate tetap diletakkan di atas batu. Silahkan cek video You Tube saya untuk melihat prosesnya. Permisi, numpang iklan kanal You Tube. Jangan lupa disedekahi “subscribe”, “comment” dan berikan “like”.


Mengenai harga satu porsi dengan berat 180 gram, untuk daging saja dibanderol Rp60.000. Kalau kamu penggemar lemak bisa pilih campur, harganya Rp55.000. Menurut pendapat saya, harga yang diterapkan di sini murah dibandingkan dengan kualitas yang didapatkan ditambah lokasinya juga strategis di dekat keramaian.

Mengenai menu-menu olahan lainnya antara lain Sate Ayam Ngacang, Sate Ayam Nakal, Gulai Domba Menggairahkan, Sop Domba, Nasi Domba Bakar dan Nasi Gultik khas Pak Udin Petot. Semua sudah saya coba kecuali menu terakhir.
dok. Rahab Ganendra

Untuk Gulai Domba Menggairahkan sempat saya takut mencicipinya. Karena pengalaman buruk mencoba gulai Kambing, karena pencernaan saya langsung menolaknya akibat bau daging yang sangat amis. Sejak itu saya tidak pernah menyentuh gulai.

Ternyata olahan gulai di sini bisa menghilangkan trauma. Santannya tidak terlalu kuat, justru rempah-rempah yang lebih terasa dan dagingnya tidak terasa amis. Walau tipis-tipis masih mempertahankan aroma daging dombanya.

Domba Bakar (dok. penulis)
Menu yang saya sangat rekomendasikan selain sate yakni Nasi Domba Bakar. Karena sudah memesan sate plus sate jadinya yang muncul Domba Bakar. Rasanya lezat, rasanya mau nambah. Oh, ya-ada cara trik cara makannya. Harap dicelupkan terlebih dahulu ke kuah yang tersedia, baru dimakan. Rasanya manis-manis gurih. Menu ini dihargai hanya Rp25.000.

Duh saya terpesona mengenai murahnya. Setelah ditanya-tanya, target sasaran rumah makan ini memang mahasiswa daerah Jakarta Selatan jadi harganya lebih bersahabat menurut Cherish. Dan kabar baiknya, harga yang di menu sudah termasuk nasi + gratis refill minuman tertentu sepuasnya.
Bagi yang penasaran, silahkan saja datang langsung ke TKP. Beralamatkan Jl. Profesor Joko Sutono SH No. 33 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jam operasional pukul 10.00-22.00 untuk Senin-Sabtu. Hari Minggu jam 08.00-21.00 WIB.

Kenapa sekarang jadi lapar ulang setelah menuliskan pengalaman ini ya ? Salam makan unik nan enak. (***)


Senin, 08 Juli 2019

Asyiknya Menebak Apa yang Terlihat dalam Lukisan Abstrak


Waktu itu Jakarta sedang dilanda hujan. Setelah panas berkepanjangan, akhirnya aspal kota yang baru melaksanakan Asian Para Games ini tersentuh tetesan air. Memang jadi suasana jadi menyegarkan, ditambah bonus macet lebih panjang. Membuat saya datang terlambat ke acara pembukaan pameran lukisan, patung dan fotografi bertema Resemblance of the Real. Yang diadakan di Museum Art:1, Kemayoran. Mulai dari tanggal 18 Nopember s.d. 2 Nopember 2018. Yang terdiri dari 10 orang seniman yang adalah staf pengajar Program Seni Rupa-FSRD ITB. Dari yang biasa pameran di Indonesia sampai di luar negeri. Dan benang merah acara ini tentunya seni abstak.

Menurut kurator pameran ini, Rizki A. Zaelani. Setelah saya tanya mengapa mereka ambil tema ini yaitu para dosen senior di fakultas ini terkenal akan seni abstraknya. Tuturnya kata “Real” diartikan sebagai pengalaman hidup yang belum dikonsepkan, bisa juga dari pengalaman masa kecil yang tidak kita sadari. Jadi abstrak itu tidak meniru, sehingga tiap orang mempunyai keunikkannya tersendiri.

Lalu, kalau kita perhatikan kalimat ini “Antara Nyata dan Kenyataan itu Berbeda”. Agak membingungkan bukan ? Baik, saya bantu perjelas. Nyata = jelas, Kenyataan = sesuatu yang telah terjadi. Kita suka menyamakan dua kata ini bukan ? Dalam pameran ini mereka mau menunjukkan ada suatu hal yang nyata yang kita bisa rasakan dengan panca indera, tetapi bukan berarti hal itu adalah benar-benar kejadian yang benar-benar sudah terjadi.

Saya bercakap-cakap dengan Oco Santoso, yang dua karya diboyong ke tempat ini. Dimana diselesaikan dalam waktu hari saja. Saya sempat terkagum-kagum akan kecepatan dosen yang berpengalaman mengajar 25 tahun ini dalam menghasilkan sebuah karya yang matang. Benar-benar memang hebat di bidangnya. Bahkan murid-muridnya banyak yang lebih hebat dalam berkarya, tandasnya dengan nada bangga.

Dalam memberikan penjelasan kepada saya pun mudah dicerna. Harap maklum, biasanya bahasa seniman tidak mudah dipahami. Karena daya imajinasi mereka terlalu tinggi jadi sulit dituangkan dalam kata-kata sederhana.

Penjelasannya mudah. Dalam seni abstrak entah dalam lukisan, karya 3 dimensi atau fotografi. Obyeknya biasa tidak jelas. Yah... namanya juga abstrak, kalau lukisannya jelas nama alirannya jadi berbeda. Nah, asyiknya dalam menikmati ketidakjelasan itu, kita jadi menebak-nebak benda apakah ini karya seni ini ? Tiap orang berbeda-beda, tetapi tetap ada benang merahnya. Seperti lukisan di bawah ini.

Apa yang kamu lihat ? Kalau saya melihat laut, ada beberapa kapal kayu dan berkas-berkas cahaya menembus air laut. Saya tanya salah satu pengunjung, dia melihat perahu yang sedang menembus balok-balok es. Lalu yang lainnya berkomentar dia melihat hal sama tetapi ada detail lainnya berbeda.

Wah, ini jadi seperti permainan tebak-tebak gambar saja. Lalu kami berputar melihat-lihat yang lain. Kembali lagi ke lukisan tersebut, gambar yang terlihat berbeda lagi. Kami pun terheran-heran. Ternyata benar yang dikatakan Oco Santoso. Dengan melihat lukisan abstrak, tanpa sadar yang terlihat dipengaruhi banyak hal. Contohnya pengalaman pribadi, suasana hati bahkan sampai hal yang sedang trend saat ini.

Bahkan dengan melihat lukisan abstrak dengan baik-baik, dalam suasana tenang. Kita mulai menarik diri dari dunia nyata, sendirian dalam keramaian. Karena di pameran jarang sendirian juga ya. Pada saat kita melihat apa yang muncul dalam karya tersebut menunjukkan kualitas kita. Bahwa kita pribadi unik.

Jakarta, 18 Oktober 2018
Museum Art:1, Pameran “Resemblance of The Real”
Seniman : Bambang Ernawan, Budi Adi Nugroho, Dadang Sudrajat, Deden Hendan Durahman, Dikdik Sayahdikumullah, Muksin MD, Nurdian Ichsan, Oco Santoso, Willy Himawan dan Zusta Roihan

Ajang Pembuktian Bakat di TVRI


Ajang Pembuktian bakat khusus para musisi sekarang sudah berjalan di TVRI, bahkan sudah berjalan 3 minggu. Yah, program ini salah satu gebrakan baru untuk meraih hati para milenial dan pemirsa TVRI tentunya. Audisi dilaksanakan setiap hari Rabu di TVRI-Jakarta. Serta tidak dikhususkan untuk penampilan band, tapi mulai dari solo, duet, trio hingga instrumentalist.
Karena ini adalah ajang kompetisi, maka ada juri yang dihadirkan sebagai penilai dan komentator untuk memberikan masukan kepada finalis. Tentunya untuk pemenang di setiap episode akan berkesempatan untuk diundang di berbagai program unggulan TVRI lainnya.
“Studio of Stars” bertempat di restoran Papa Ron’s dan Amigos serta Komodo Kopi. Penggunaan ruangan ini tidak hanya terbatas hanya satu program saja, tetapi ada banyak kegiatan baik on air atau pun off air. Di antaranya program Semangat Pagi Indonesia, yang merupakan salah satu acara andalan TVRI,  yang mempunyai jam tayang setiap hari pukul 06.00-08.00 yang menggunakan konsep talkshow. Untuk konferensi pers pun kerap diadakan di tempat yang baru buka bulan Juli lalu ini. Dan terlihat makin hari makin ramai pengunjungnya.
Baik kembali ke “Studio of Stars”, program yang mempunyai tujuan sebagai wadah ekspresi bagi para musisi dengan berbagai kalangan, mulai dari pengamen jalanan sampai lulusan sekolah musik. Tutur Helmi Yahya, Dirut TVRI. Cara mengikuti program ini untuk wilayah Jakarta; peserta diundang untuk audisi di TVRI-Senayan. Lalu untuk luar Jakarta, mereka mengirimkan video penampilan ke TVRI.
Teknologi yang kekinian pun diterapkan dalam ajang ini, yakni adanya aplikasi untuk para pemirsa dalam memberikan vote mereka. Memang benar, TVRI makin mendekatkan diri ke kaum milenial.
Oh ya ada syarat untuk mengikuti program acara ini, yaitu peserta adalah pemula dalam bermusik bukan profesional. Dan yang paling utama adalah harus bagus, tandas Apmi Jaya Putra, Direktur Program dan Berita TVRI.
Jadi penasaran bukan ? Yuk, cek penampakkan “Studio of Stars” setiap hari Senin sampai dengan Jumat pukul 21.30.
Jakarta, 26 Oktober 2018

Rekomendasi RM Seafood di Kawasan Benhil


Untuk penggemar makanan laut di daerah Bendungan Hilir (Benhil) saya sarankan untuk mencoba R.M. Seafood 44 Benhil dengan alamat Jln. Raya Bendungan Hilir no. 21. Untuk patokannya letaknya diapit oleh Circle K dan Bank Danamon. Jam buka pukul 5 sore s.d. 12 malam. Infonya libur lebaran tetap buka.
Mereka menyediakan berbagai macam olahan ikan,udang, cumi, kepiting dan kerang dengan saus yang kurang lazim di telinga saya. Antara lain saus buttermilk, saus tauco pete, saus siracha garlic & saus singapore. Mendengarkannya saja membangkitkan keinginan mencoba semuanya. Tapi sayangnya daya muat perut saya berbanding terbalik dengan  mata keranjang saya. Akhirnya menu yang dipesan antara lain Ikan Kuwe/Bebara Bakar Bumbu Kecap, Ikan Goreng Kering, Udang Telor Asin, Udang Saos Padang, Cumi Sriracha Garlic, Cumi Goreng Tepung, Kepiting Saos Padang, Kangkung Polos, Buncis Ebi, Sayur Raja Rasa dan Kerang Hijau Saos Padang. Yang terakhir itu sebenarnya tidak ada di menu, tapi karena ada permintaan jadi disediakan. Mengenai rasa ternyata sesuai dengan selera saya yang tidak terlalu kuat makanan pedas. Apa lagi Udang Telor Asin, “Pantang kenyang sebelum makan udang”.
Lalu untuk kenyamanan tempat, saya rasa cukup baik karena tersedia 2 lantai dasar non-AC sementara di atas ada AC juga dilengkapi CCTV dan rencananya akan dipasang WIFI. Pada saat makan di atas Anda akan didampingi pelayan yang cepat dan sigap. Cuma karena baru buka beberapa hari yang lalu harap maklum jika ada yang belum menguasai menu.
Untuk kecepatan makanan disajikan terbilang cepat, mengingat juru masak mereka “lulusan” dari Bandar Jakarta-Ancol.
Letak R. M. Ini strategis karena terletak tidak jauh dari Jalan Sudirman. Untuk pengendara motor, silahkan langsung parkir tepat di depan. Bagi yang membawa mobil, kalau sedang beruntung seperti saya bisa parkir di muka juga.
Selamat Menikmati

Sabtu, 06 Juli 2019

Cerita Masjid yang Awalnya Adalah Kantor Arsitek


Jika saya membawa teman untuk berkunjung ke area Gondangdia untuk berwisata kuliner biasanya saya suka ajak mereka untuk bertandang ke masjid Cut Meutia walau hanya di halamannya saja. Terakhir saya mengunjungi tempat ini ketika mencari takjil bersama teman kelayaban yang suka mencari makanan enak. Kebetulan pas ada di sini, saya mengajak mereka untuk mencoba jamu legendaris di Gondangdia.
Baiklah, kembali ke topik utama. Kok, saya jadi melantur ? Saya merasa masjid ini adalah bagian penting dari Jakarta, sehingga merasa perlu untuk membuat artikel ini sebagai pengingat juga kalau-kalau saya lupa. Aha, tinggal klik link langsung ingat deh. Ditambah saya mendapatkan bahan dari harian Kompas sebagai data penguat, terbit minggu lalu.

Kantor Biro Arsitek Zaman Hindia Belanda
Di tempat ini, saya ceritakan sedikit sejarahnya dan meminta mereka memperhatikan detail bangunan yang awalnya adalah kantor arsitek zaman Hindia Belanda, NV De Bouwploeg, dipimpin oleh Pieter Andriaan Jacobus (PAJ) Moojen. Biro inilah yang memegang proyek pengembangan dan pembangunan kawasan Menteng, dinamakan Nieuw Gondangdia.
Kawasan ini juga kerap disebut Boplo. Nah, bagi yang bingung dari mana asal kata Boplo kok tidak Indonesia sekali ya ? Silahkan merujuk ke nama kantor real estate ini, NV De Bouwploeg. Disebabkan lidah orang Indonesia sulit menyebut kata Bouwploeg akhirnya berubah menjadi Boplo. Saya pun sulit menyebutkan kata ini hingga sempat dibantu pengucapannya pada saat saya sedang membawa peserta tur yang jago bahasa Belanda.

Catatan Resmi Mengenai Sejarah Sulit Didapatkan
Kalau dicari-cari catatan resmi mengenai masjid ini hanya sedikit. Paling pemberitaan yang ada di media massa daring itu juga tidak banyak. Informasi yang diketahui dari pengurus masjid juga berdasarkan cerita lisan dari pengurus masjid lama. Sangat disayangkan, mengingat sejarahnya yang menarik yang membuat bentuknya tidak lazim sebagaimana bangunan masjid pada umumnya.

Khas bangunan
Dimulai dari area shalat, arah kiblatnya tidak sama dengan arah bangunan. Tempat mimbar ceramah terpisah dengan bilik tempat imam memimpin salat. Sebelumnya di bagian tengah bangunan terdapat tangga besar kemudian dihilangkan karena dianggap terlalu memakan tempat dan mengganggu area ibadah shalat. Sisa bagian tangga yang terhubung ke tangga bercabang menuju lantai atas berada tepat di atas mimbar ceramah, pada bagian dindingnya dihiasi tulisan kaligrafi indah.

Kalau dilihat dari luarpun makin tidak terlihat sebagai masjid jika tidak terlalu memperhatikan detail tambahan bangunan. Justru dari balkonnya beserta jendelanya makin kuat ini adalah bangunan bergaya arsitektur Eropa, Art Nouveau, memang sedang trend di era 1880-an hingga 1920-an.
Sejarah Hingga Menjadi Masjid
Gedung kantor artsitek ini dibangun selama dua tahun mulai tahun 1910 oleh Moojen. Sayangnya biro ini hanya berjalan beberapa tahun saja karena pada tahun 1925 dinyatakan pailit. Mulai saat itu, gedung ini berubah-ubah fungsinya serta berganti pemilik.
Bangunan ini telah berfungsi sbb,
1. Kantor pos
2. Kantor perusahaan kereta api Belanda
3. Kantor Angkatan Laut Jepang (pada saat Jepang menjajah Indonesia tahun 1942)
4. Kantor sekretariat MPRS
5. Kantor Urusan Agama (era awal kemerdekaan Indonesia)
6. Tempat Ibadah (tahun 1987 atas usulan AH Nasution)
Gedung yang berdiri di atas lahan seluas 5.000m2 ini sempat diwacanakan akan diratakan tetapi oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu ditetapkan berstatus cagar budaya. Duh, untunglah terselamatkan.

Nah, kamu sudah pernah masuk ke dalam atau belum ? Siapa tahu ada yang berencana untuk beribadah di sini dengan keluarga atau sahabat ? Bisa kamu ceritakan sejarahnya yang unik. Di masjid ini juga kerap mengadakan kegiatan seperti bazar dan bentuk perniagaan lainnya. Bahkan ada kegiatan dakwah melalui festival musik walau masih ada silang pendapat. Jika sedang mencari makanan di sekitar stasiun Gondangdia, dipersilahkan mampir. Ada banyak makanan enak di area ini. Oh ya, bagi yang mau menyelenggarakan resepsi pernikahan, di sini tersedia ruang aula. Hayuuk disurvei sambil jalan-jalan. (***) we